Kamis, 25 April 2024

IHSG Balik Lesu, Saham Bank Jumbo Jadi Biang Kerok

PT. Equityworld Futures Manado - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Kamis (25/4/2024), di mana investor masih menimbang dampak dari naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) kemarin.

Per pukul 10:20 WIB, IHSG turun 0,11% ke posisi 7.166,87. IHSG gagal untuk mencoba menembus kembali level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,9 triliun dengan melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 393.871 kali.

Beberapa saham menjadi penekan IHSG di sesi I hari ini. Berikut daftar sahamnya.

Empat saham perbankan raksasa menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini, dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan terbesar yakni mencapai 13,7 indeks poin.

Pada penutupan perdagangan kemarin, IHSG tetap menghijau meski BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuannya. Tetapi pada hari ini, investor sepertinya mulai menimbang dampaknya dan membuat mereka melakukan aksi profit taking.

Sebelumnya, BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke level 6,25%, dari sebelumnya di level 6%. Ini menjadi kedua kalinya suku bunga dinaikkan sejak pandemi Covid-19. Adapun terakhir BI menaikkan suku bunga acuannya yakni pada Oktober 2023.

Kenaikan ini juga berbeda dengan hasil polling yang dihimpun oleh CNBC Indonesia Research dari 14 institusi yang menunjukkan sembilan di antaranya memproyeksi bahwa BI masih akan menahan suku bunga. Dari 14 institusi, hanya lima yang memperkirakan BI menaikkan suku bunga.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyosaat konferensi pers secara daring, Rabu (24/4/2024).

Perry Warjiyo menjelaskan, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

"Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegasnya.

Meski suku bunga kembali dinaikkan, tetapi masih akan ada stimulus yang diberikan BI untuk menjaga daya tahan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu melalui kebijakan makroprudensial yang longgar.

Kebijakan makroprudensial longgar itu untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar