PT. Equityworld Futures Manado - Sepanjang tahun 2023 harga emas di pasar spot telah mengalami
lonjakan sebesar 17,05% hingga puncaknya pada 4 Desember 2023 yang
mencapai All Time High di level tertinggi US$2.135,4.
Rekor tertinggi emas tercapai di tengah meningkatnya optimisme pasar
jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed)
akan memangkas suku bunga. Optimisme tersebut datang setelah inflasi AS
melandai pada Oktober serta komentar Ketua The Fed Jerome Powell pada
hari Jumat pekan lalu yang menilai inflasi sudah berjalan sesuai
keinginan mereka.
Sebagai catatan, inflasi AS melandai 3,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,7% (yoy) pada September 2023.
The Fed tampaknya akan mengakhiri tahun ini dengan tidak lagi
menaikkan suku bunga, namun dengan tantangan yang akan datang mengenai
kapan dan bagaimana memberi sinyal untuk beralih ke penurunan suku
bunga.
Kenaikan harga emas seiring dengan pelemahan indeks dolar
AS.Pelemahan dolar AS membuat emas semakin terjangkau untuk dibeli
sehingga permintaan meningkat.
Sepanjang tahun 2023 pergerakan indeks dolar AS mengalami penurunan
sebesar 0,25% hingga perdagangan 4 Desember 2023 di level 103,27 saat
emas mencapai ATH nya. Sementara dolar AS pernah jatuh pada harga
terendahnya di sepanjang tahun 2023 sebesar 3,81% pada 14 Juli 2023 di
level 99,58.
Penurunan indeks dolar AS membuat emas batangan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Kemudian, imbal hasil Treasury 10 tahun AS juga telah mencapai di
level 4,28% pada perdagangan 4 Desember 2023 saat emas mencapai ATH nya.
Bahkan pada perdagangan 5 Desember 2023 imbal hasil Treasury 10 tahun
AS telah berada di level 4,17%.
Emas tidak menawarkan imbal hasil seperti halnya US Treasury sehingga melandainya imbal hasil membuat emas lebih menarik.
Data FedWatch Tool CME menunjukkan pelaku pasar melihat peluang 57%
untuk penurunan suku bunga pada bulan Maret 2024, turun dari 63% pada
hari Jumat. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk
memegang emas batangan.
Data minggu lalu menunjukkan berkurangnya tekanan inflasi dan
pelonggaran pasar tenaga kerja secara bertahap memperkuat gagasan
penurunan suku bunga lebih awal. Personal Consumption Expenditures (PCE)
AS melandai ke 3% (yoy) pada periode Oktober 2023, dari sebelumnya
sebesar 3,4% pada periode September 2023.
Para pedagang sedang menunggu rilis data non-farm payrolls AS pada
hari Jumat pekan ini, yang dapat membantu mengukur lebih lanjut prospek
suku bunga.
Adapun, investor melacak transaksi emas seiring dengan lonjakan harga
emas sepanjang masa. SPDR Gold Shares senilai US$57,8 miliar membukukan
arus masuk bersih lebih dari US$1 miliar di bulan November 2023, karena
harga emas menguat di tengah ekspektasi bahwa The Fed dapat memulai
memangkas suku bunga pada awal bulan Maret 2024.
Ini adalah bulan arus masuk dana emas SPDR terkuat sejak Maret 2022,
menghentikan arus keluar lima bulan berturut-turut. Dana tersebut
berakhir pada November dengan kenaikan 2,5%, namun turun 2,2% pada
perdagangan kemarin Senin (4/12/2023).
Baca Juga : Harga Emas Mulai Bangkit Setelah Ambruk 2% Lebih
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS.
Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury
menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat
membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak
menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat
emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal
hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost
memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.
Kinerja Saham Emas di BEI
Harga emas di pasar spot mengalami kenaikan hingga 17,05% di
sepanjang tahun 2023 saat menyentuh ATH nya. Namun, beberapa saham emas
justru tidak mencatatkan kenaikan pergerakan saham yang sejalan dengan
harga emas di pasar spot.
Penurunan beberapa harga saham emas karena turunnya kinerja Perseroan
pada penjualan maupun dalam menghasilkan laba bersih. Bahkan masih ada
yang mencatatkan kerugian hingga kuartal III 2023.
Rincian Penjualan Saham Emas di BEI
• PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) (dalam jutaan rupiah)
Kontribusi pendapatan ANTM didominasi dari penjualan emas, namun
ANTM tidak hanya mengelola pertambangan emas, terdapat pula nikel,
alumina, bauksit, dan juga perak.
• PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) (dalam dolar AS)
Kontribusi pendapatan MDKA didominasi dari penjualan ekspor untuk
komoditas emas, perak, katoda tembaga, feronikel dan nickel matte.
• PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) (dalam dolar AS)
Foto: medc
|
MEDC tidak hanya berada dalam pertambangan emas, namun terdapat
bsinis minyak dan gas bumi hingga penjualan listrik. Kontribusi
pendapatan MEDC terbesar berasal dari penjualan minyak dan gas bumi.
• PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) (dalam dolar AS)
Foto: arci
|
Kontribusi pendapatan ARCI berasal dari pertambangan emas. ARCI juga melakukan perdagangan dan pengolahan emas.
• PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) (dalam dolar AS)
Foto: brms
|
BRMS tidak hanya melakukan penjualan emas, Perseroan juga menyediakan
perak. BRMS juga melakukan transaksi penjualan ke salah satu emiten di
BEI yakni PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA).
• PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) (dalam dolar AS)
Kontribusi pendapatan PSAB berasal dari pertambangan emas, yang
dimana Perseroan juga melakukan transaksi penjualan ke salah satu emiten
di BEI yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
• PT United Tractors Tbk (UNTR) (dalam jutaan rupiah)
Bisnis UNTR tidak hanya menjalankan pertambangan emas, Perseroan juga
memiliki pertambangan batu bara. Kontribusi pendapatan UNTR justru
didominasi dari pertambangan batu bara dibandingkan dengan pertambangan
emas.
• PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) (dalam rupiah)
Kontribusi penjualan HRTA berasal dari penjualan emas yang
didistribusikan dalam bentuk perhiasan dan logam mulia untuk grosir
maupun toko.
Rasio Keuangan Saham Emas di BEI
Beberapa saham emas yang tercatat di BEI terdapat masih berada di
bawah Price Book Value (PBV) satu, yang berarti harga saham tersebut
masih undervalued alias murah. Sementara secara Price Earning Ratio
(PER) terdapat dua saham yang mencatatkan angka negatif yakni MDKA dan
PSAB, hal tersebut lantaran Perseroan masih membukukan kerugian, dapat
terlihat pada Net Profit Margin (NPM) Perseroan yang berada di angka
negatif.
PER secara sektoral dalam industri pertambangan emas, dapat dikatakan
murah jika berada dibawah PER 15, sehingga secara sektoral saham ANTM,
MEDC, UNTR dan HRTA yang dapat dikatakan undervalued atau murah.
Dalam menghasilkan margin, rata-rata margin yang baik dalam industri
pertambangan emas adalah sekitar 25%. Jika mencatatkan lebih diatas 25%
berarti perusahaan dapat mencapai keuntungan diatas rata-rata margin
saham pertambangan emas.
Demikian hasil analisa emiten-emiten emas yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Investor harus bersikap bijak dalam memilih sebuah
saham.
Harga emas di pasar spot kini mulai memasuki fase bullish
setelah didukung oleh beberapa sentimen global, hal ini dapat mendorong
kenaikan harga emas hingga akhir tahun 2023 dan berlanjut hingga kuartal
I tahun 2024.
Namun pergerakan harga saham-saham emas yang tercatat di BEI secara
jangka panjang tentu didorong dari hasil kinerja Perseroan yang
tercermin dari laba Perseroan, tidak hanya karena kenaikan harga emas di
pasar spot semata.
cnbcindonesia.com/research