Kamis, 07 Desember 2023

Awas! IHSG Bisa Terguncang Kabar Buruk dari China & Covid RI

PT. Equityworld Futures Manado -  Pasar saham berhasil mengakhiri perdagangan Kamis (7/12/2023) di zona hijau, setelah sempat bergerak ke zona merah sepanjang perdagangan hari ini

IHSG ditutup menguat 0,67% ke posisi 7.134,623. IHSG akhirnya berhasil ditutup di level psikologis 7.100 pada perdagangan hari ini.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 26 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 177 saham terapresiasi, 377 saham terdepresiasi dan 206 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 4,06%. Selain itu, sektor infrastruktur juga menjadi movers IHSG yakni sebesar 3,08%.

IHSG sempat terkoreksi karena terbebani oleh sentimen dari diturunkannya peringkat utang nasional China oleh Moody's. Lembaga pemeringkat berbasis di Amerika Serikat (AS) ini menurunkan 'outlook' peringkat utang A1 China menjadi "negatif" dari "stabil".

Moody's mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara akan membebani perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Belum lagi rencana untuk mengendalikan krisis properti.

Baca juga : Harga Emas Terus Naik, Bisa Terbang Lagi Karena Pemilu AS

"Beijing kemungkinan perlu memberikan lebih banyak dukungan kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara yang terlilit utang, yang menimbulkan risiko negatif yang luas terhadap kekuatan fiskal, ekonomi, dan kelembagaan China," menurut laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/12/2023) kemarin.

Kondisi China saat ini dan tahun depan dapat memberikan tekanan bagi Indonesia apalagi China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebagai catatan, real estate dan sektor terkait menyumbang lebih dari seperempat perekonomian China. Kondisi China ini berpotensi mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Selain itu, impor China yang baru saja diumumkan pagi ini juga tak terduga turun 0,6% (year-on-year/yoy) menjadi US$ 223,54 miliar pada bulan November 2023, meleset dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,3% dan berbalik dari pertumbuhan sebesar 3,0% pada bulan sebelumnya.

Penurunan pembelian ini merupakan yang ke 10 kalinya sepanjang tahun ini, hal ini menunjukkan lemahnya permintaan domestik meskipun ada rencana luas dari pemerintah untuk memulihkan konsumsi.

Pelemahan ekonomi China ini memberikan dampak negatif bagi aktivitas ekonomi Indonesia dan pasar keuangan domestik berpotensi terkena dampak negatifnya.

Sementara nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah di angka Rp15.510/US$ atau terdepresiasi 0,13%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi Rabu (6/12/2023) sebesar 0,06%.

Wall Street Kompak Menguat.
 
 
cnbcindonesia.com/research

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar