Rabu, 20 Desember 2023

Bursa Asia Kompak Merah Ikuti Wall Street, IHSG Waspada!

 A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

PT. Equityworld Futures Manado - Bursa Asia-Pasifik terpantau melemah pada awal perdagangan Kamis (21/12/2023), mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga terkoreksi kemarin karena investor mulai merealisasikan keuntungannya.

Per pukul 08:38 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,55%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,91%, Shanghai Composite China melemah 0,22%, Straits Times Singapura turun tipis 0,07%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,42%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,71%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah merananya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,27%, S&P 500 ambrol 1,47%, dan Nasdaq Composite berakhir ambruk 1,5%.

Saham-saham anjlok pada hari Rabu karena investor mengambil keuntungan setelah pasar mengalami tren kenaikan beberapa hari terakhir.

"Pasar menjadi jenuh beli, dan kemunduran seperti ini wajar mengingat kondisi seperti itu," kata Keith Buchanan, manajer portofolio senior di Globalt Investments, dikutip dariCNBCInternational."Jadi ini lebih bersifat teknis daripada fundamental." tambah Keith.

Baca Juga : Ekonomi Amerika Bikin Was-Was, Pemilik Emas Jadi Cemas

Melemahnyabursa Wall Street terjadi setelah bursa terbang padaSelasa ketika Dow dan Nasdaq Composite mencatat kenaikan sembilan hari berturut-turut. Sejak penutupan terendah pada 27 Oktober 2022 dan hingga Selasa, Dow Industrials naik 15,9%, dan S&P 500 melonjak 15,8%. Nasdaq Composite naik 19,1%.

Kendati mengalami depresiasi, namun ketiga indeks tersebuttetap berada pada jalur kenaikan pada Desember dan 2023 karena investor menantikankabar penurunan suku bunga dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada 2024.

Di lain sisi, investor juga menanti rilis data final dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023. Konsensus pasar menilai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS meningkat menjadi 5,2% (year-on-year/yoy),dari sebelumnya sebesar 2,1% (yoy)pada kuartal II-2023.

Jika hal tersebut terjadi, makapertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III-2023 menjadi yang terkuat terjadi sejak kuartal IV-2021.

Ketika perekonomian AS tumbuh dengan pesat, hal ini menjadi perhatian pelaku pasar karena artinya roda perekonomian AS cukup kencang yang berdampak pada inflasi AS cukup sulit untuk ditekan menuju target The Fed yakni 2%.

Dampak lanjutannya yakni pelaku pasar khawatir bahwa suku bunga AS berpotensi berada pada level yang tinggi dalam waktu yang cukup lama untuk menjaga agar lonjakan inflasi tidak terjadi.

Selain data final PDB AS di kuartal III-2023, pasar juga menanti rilis data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 16 Desember 2023.

Konsensus berekspektasi klaim pengangguran awal AS akan mengalami kenaikan menjadi 215.000 hingga 16 Desember 2023 atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yakni 202.000. Sementara klaim pengangguran lanjutan juga diperkirakan naik tipis menjadi 1.888.000 dari yang sebelumnya 1.876.000.

Proyeksi naiknya kedua data tersebut memberikan angin segar bagi pasar ketenagakerjaan AS bahwa artinya semakin banyaknya pengangguran yang melakukan klaim, maka inflasi dapat terjaga atau setidaknya tidak mengalami kenaikan yang ekstrem.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar