Minggu, 10 Maret 2024

Harga Emas Mulai Adem, Tunggu Kabar dari AS Sebelum Terbang Lagi

 Emas. (Dok. Pixabay)

PT. Equityworld Futures Manado - Harga emas pada perdagangan siang hari ini cenderung melemah jelang rilisnya data pekerjaan Amerika Serikat (AS). Harga emas sedikit terkoreksi setelah mengalami kenaikan tujuh hari beruntun dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 2.164,09 per troy ons.

Pada perdagangan Kamis (7/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,51% di posisi US$ 2.159,16 per troy ons. Harga penutupan tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Sebelum ditutup lebih rendah, emas kembali mencetak All Time High pada perdagangan intraday di level US$ 2.164,09 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 12.47 WIB Jumat (8/3/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih rendah atau turun 0,10% di posisi US$ 2.157,07 per troy ons.

Harga emas bersiap untuk mencatat lonjakan mingguan terbesarnya dalam lima bulan pada Jumat pekan ini, berusaha kembali melewati level tertinggi dalam sejarah, didorong dari pernyataan Ketua The Federal Reserve Jerome Powell memperkuat spekulasi penurunan suku bunga pada pertengahan tahun, menjelang laporan pekerjaan penting hari ini.

Baca Juga : Pemilik Emas Makin Happy, Harga Emas Pecah Rekor Lagi!

Harga emas di pasar spot telah naik lebih dari 3,5% sepanjang pekan ini, berada di jalur untuk mencatat persentase kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Oktober, ketika konflik Israel-Hamas pertama kali meningkat. Hal ini juga yang akan mendorong kenaikan mingguan ketiga berturut-turut bagi emas batangan, jika kenaikannya bertahan.

Meskipun dorongan aktivitas spekulatif jangka pendek terutama didorong oleh CTA (Commodity Trade Advisors) dan perdagangan algoritmik yang mendorong reli emas, ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu yang tidak terlalu lama inilah yang mendukung hal tersebut, ujar Nikos Kavalis. , direktur pelaksana di Metals Focus, kepada Reuters.

Powell mengatakan bahwa The Fed "tidak jauh" dari mendapatkan kepercayaan yang dibutuhkan dalam menurunkan inflasi untuk mulai menurunkan suku bunga, yang menurutnya kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang.

Para pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga AS sebesar tiga hingga empat perempat poin (25 bps), dengan peluang 75% untuk penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni 2024, sesuai dengan aplikasi probabilitas suku bunga LSEG.

Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Faktor lain mengapa emas mendapat dukungan kuat dalam beberapa pekan terakhir adalah kenaikan kelas aset prosiklikal, khususnya ekuitas karena investor berupaya mendiversifikasi eksposur risiko mereka, ujar Kavalis.

Dolar menuju penurunan mingguan paling tajam tahun ini, membuat emas batangan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Fokus pasar akan tertuju pada data pekerjaan utama AS yang akan dirilis pada pukul 13.30 GMT (Waktu AS).

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.

 


CNBC Indonesia Research

research@cnbcindonesia.com

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar