EQUITY WORLD FUTURES CABANG MANADO

Selasa, 31 Oktober 2023

Laba JTPE Naik 176% Jadi Rp 162 Miliar, Ini Pemicunya

 Jasuindo.co.id

PT. Equityworld Futures Manado - Emiten produk sekuriti digital dan percetakan sekuriti terintegrasi PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatat laba bersih sebesar Rp 162 miliar per 30 September 2023. Angka tersebut meningkat signifikan sebesar 176% dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 59 miliar.

Mengutip dari laporan keuangan interim perseroan per 30 September 2023, capaian laba JTPE berasal dari penjualan yang sebesar Rp 1,55 triliun atau meningkat sebesar 101,8% dari penjualan per 30 September 2022 sebesar Rp 770 miliar.

Segmen produk security sendiri mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,37 triliun atau meningkat sebesar 112,5% dibanding pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 643 miliar, sedangkan penjualan segmen non security mencapai Rp 187 miliar atau meningkat sebesar 47,7% dibanding pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 126 miliar.

Direktur Utama JTPE Oei Allan Wibisono mengatakan, perseroan melakukan perbaikan infrastruktur baik di fasilitas produksi maupun permesinan serta persiapan bahan baku dan bahan pembantu yang efektif dan efisien.

"Perseroan juga terus meningkatkan kompetensi SDM lewat pelaksanaan training berkala yang semuanya ini berhasil mendukung peningkatan penjualan terutama dari divisi payment dan dokumen sekuriti, baik untuk pasar lokal maupun ekspor," ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (1/11).

Baca Juga : Langka! Melambung 7%, Harga Emas Terbang ke Langit Ke-7

Selanjutnya, laba kotor Perseroan per 30 September 2023 tercatat sebesar Rp 320 miliar atau meningkat sebesar 79,5% dari pencapaian periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 178 miliar. Sehingga, laba usaha per 30 September 2023 sebesar Rp 212 miliar atau naik sebesar 166,7% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 79 miliar.

Dari sisi neraca keuangan, tercatat total aset per 30 September 2023 sebesar Rp 1,91 triliun rupiah, meningkat sebesar 22,4% dari total aset 31 Desember 2022 sebesar Rp 1,56 triliun.

Pada sisi liabilitas Perseroan per 30 September 2023 tercatat sebesar Rp 781 miliar, meningkat sebesar 44,2% dari liabilitas 31 Desember 2022 sebesar Rp 542 miliar. Kemudian ekuitas Perseroan per 30 September 2023 tercatat sebesar Rp 1,13 triliun, meningkat sebesar 10,8% dari ekuitas 31 Desember 2022 sebesar Rp 1,02 triliun.

Pada kesempatan yang sama, Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan JTPE, Lukito Budiman menyampaikan bahwa Perseroan optimis mampu melanjutkan kinerja positif Perseroan untuk tahun 2024

"Sisa 3 bulan ke depan sampai dengan akhir tahun akan tetap kami optimalkan secara maksimal mengingat beberapa tender baik dari pemerintah maupun swasta yang baru akan terealisasi di kuartal 4." ujar Lukito. 

 

 

 

cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 23.56 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Siaga 1! The Fed Umumkan Suku Bunga, Inflasi RI Diramal Ganas

 Infografis: Testimoni bos the fed lambungkan bursa wall street

PT. Equityworld Futures Manado - Kinerja pasar keuangan Indonesia akhirnya kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat. Surat Berharga Negara (SBN) mulai dicari investor kembali sehingga imbal hasil turun.

Pasar keuangan Indonesia pada hari ini diharapkan kompak menguat. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini

Pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (31/10/2023), IHSG ditutup menguat 0,24% ke posisi 6.752,21. Sebanyak 252 saham menguat, 291 saham melemah sementara 210 bergerak stagnan. Nilai perdagangan yang tercatat kemarin mencapai Rp 11,7 triliun dan melibatkan 28,2 miliar saham.

Kendati demikian, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 1,36 triliun atau lebih besar dibandingkan perdagangan Senin yang tercatat Rp 370,91 miliar.
Empat sektor yang menguat kemarin adalah transportasi, energi, infrastruktur, barang baku, industri, non-siklikal, keuangan, properti, dan teknologi.
Sektor yang melemah adalah siklikal dan kesehatan. 
Saham emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi penopang terbesar IHSG kemarin yakni mencapai 8,4 indeks poin.

Tak hanya itu, tiga saham emiten konglomerat Prajogo Pangestu juga menjadi penopang IHSG, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar 7,7 indeks poin, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar 5,1 indeks poin, dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 2,8 indeks poin.

Sementara itu, saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga menjadi salah satu movers IHSG yakni sebesar 8,3 indeks poin.

Baca Juga : Langka! Melambung 7%, Harga Emas Terbang ke Langit Ke-7

IHSG berhasil bangkit di akhir perdagangan setelah sempat terkoreksi sepanjang perdagangan kemarin. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level psikologis 6.600 pada sesi I Selasa kemarin.

Bursa Asia ditutup beragam kemarin dengan sejalan dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik menguat. Indeks Nikkei menguat 0,53% sementara indeks Straits Times Singapura menanjak 0,11% dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,12%.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup jeblok 1,69% dan indeks Shanghai Composite Index melemah 0,09% sementara indeks KOSPI ambruk 1,41%

Dari sisi nilai tukar, rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.880/US$ atau menguat 0,03%. Pada Senin sebelumnya, mata uang Garuda juga menanjak 0,31%.

Dari pasar SBN, imbal hasil mulai menurun yang menandai naiknya harga obligasi karena SBN sudah mulai dicari investor.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) turun tipis menjadi 7,07% pada perdagangan kemarin. Imbal hasil lebih rendah dari Senin yakni 7,12%.



cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 23.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Senin, 30 Oktober 2023

Harga Batu Bara Naik Tipis, Proyeksinya Suram

 Batu bara

PT. Equityworld Futures - Harga batu bara hanya naik tipis pada perdagangan kemarin, Senin (30/10/2023). Kenaikan harga si pasir hitam terjadi di tengah pasokan Indonesia yang terbatas, meski China dan India menahan permintaannya untuk mencegah kenaikan harga lebih tinggi.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember ditutup di posisi US$ 134,31 per ton atau naik 0,04% pada perdagangan Senin (30/10/2023). Kendati naik, harga batu bara masih bergerak di level terendahnya sejak Juli 2023 atau tiga bulan terakhir.

Kenaikan harga batu bara terjadi seiring dengan pasokan batu bara Indonesia yang terbatas menyebabkan harga masih akan tetap tinggi. Pengurangan pasokan batu bara Indonesia sebagai eksportir terbesar dunia, tentunya akan mempengaruhi persediaan global.

Melansir Real Clear Energy, Indonesia diperkirakan akan memproduksi 695 juta ton pada tahun 2023, dan 518 juta ton diantaranya akan diekspor. Beberapa pembeli batubara terbesar Indonesia adalah Tiongkok, India, Jepang, Filipina, dan Korea Selatan.

Baca Juga : Penguasa Amerika Mau Bersabda, Harga Emas Langsung Merana

Kekayaan komoditas ini penting untuk mendanai inisiatif pembangunan, menjaga neraca perdagangan Indonesia dan menambah cadangan devisa. Tidak mungkin Indonesia akan memilih untuk menghentikan perekonomian yang sedang berkembang pesat, meski telah mendapat bantuan sebesar US$20 miliar untuk transisi energi.
Terlebih, transisi energi membutuhkan waktu lama sehingga energi fosil masih tetap diperlukan.

Kenaikan yang terjadi kali ini berbanding terbalik dari sisi permintaan dua konsumen batu bara terbesar dunia. S&P Global Commodity Insight memperkirakan permintaan China masih akan menahan permintaannya dengan harapan dapat membeli murah.

Demikian pula dengan India, konsumen batu bara terbesar kedua ini juga diperkirakan menahan permintaannya, karena enggan membeli pada harga saat ini.

Permintaan dua raksasa ekonomi Asia yang ditahan masih belum mampu mendorong kenaikan harga. Sentimen ini mengindikasikan bahwa Indonesia saat ini berada sebagai poros pergerakan harga batu bara.

Pentingnya pasokan batu bara Indonesia juga terlihat pada awal tahun 2022 yang mendorong harga si pasir hitam menembus level US$220 per ton pertama kali. Kemungkinan ini diperkirakan menyebabkan China dan India menahan permintaannya sebagai upaya pencegahan lonjakan harga kembali.

 

 

CNBC Indonesia Research

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.22 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rupiah Loyo & Suku Bunga Tinggi, Cek Hasil Stress Test OJK

 Mahendra Siregar dalam acara konferensi pers asesmen sektor jasa keuangan & kebijakan OJK hasil RDK bulanan Oktober 2023. (Tangkapam layar Youtube Otoritas Jasa Keuangan)

PT. Equityworld Futures Manado - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan stress test untuk lembaga keuangan termasuk perbankan, merespons tekanan dari ekonomi global.

Ketua Dewan Komisioner Mahendra Siregar mengatakan terdapat sejumlah parameter yang digunakan dalam uji tekanan ini, di antaranya dampak pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi, lonjakan suku bunga, hingga perubahan harga komoditas.

Baca Juga : Penguasa Amerika Mau Bersabda, Harga Emas Langsung Merana

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan stress test untuk lembaga keuangan termasuk perbankan, merespons tekanan dari ekonomi global.

Ketua Dewan Komisioner Mahendra Siregar mengatakan terdapat sejumlah parameter yang digunakan dalam uji tekanan ini, di antaranya dampak pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan inflasi, lonjakan suku bunga, hingga perubahan harga komoditas.

 

 

cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.17 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Minggu, 29 Oktober 2023

OJK: Pasar Keuangan RI Stabil di Tengah Gejolak Global

 Mahendra Siregar dalam acara konferensi pers asesmen sektor jasa keuangan & kebijakan OJK hasil RDK bulanan Oktober 2023. (Tangkapam layar Youtube Otoritas Jasa Keuangan)

PT. Equityworld Futures Manado - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan kondisi sektor keuangan Indonesia tetap stabil di tengah ketidakpastian kondisi global yang meningkat seiring dengan memanasnya tensi geopolitik dan juga era suku bunga tinggi di AS yang diperkirakan akan lebih panjang.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan bahwa sektor jasa keuangan di Indonesia stabil dalam menghadapi hal tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh terjaganya permodalan, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Oktober 2023, Senin (30/10/2023).

Mahendra mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi di Eropa cenderung stagnan. Pada periode yang sama, pemulihan ekonomi China belum sesuai harapan dan membuat kekhawatiran terhadap ekonomi global meningkat.

Baca Juga : Harga Emas Nyungsep Usai Pesta Pora, Kabar AS Buat Was-Was

Kemudian kenaikan yield surat utang AS membuat aliran dana asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. "Volatilitas di pasar saham obligasi dan nilai tukar juga dalam tren meningkat," kata Mahendra.

Sementara itu, data domestik menunjukkan inflasi tahunan 2,28%, sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi terjadi pada bahan makanan beras gula, di tengah potensi penurunan produksi global akibat el nino.

Mahendra juga menyebut bahwa adanya tekanan daya beli, terlihat dari indeks kepercayaan konsumen dan kinerja penjualan ritel yang rendah. 



cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 21.08
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

[New post] Bos JP Morgan Jual 1 Juta Saham dan Kasih Peringatan Penting

Site logo image PT Equityworld Futures Manado posted: " PT. Equityworld Futures Manado - CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon dan keluarganya berencana untuk menjual satu juta saham mereka di bank tersebut mulai tahun depan. Hal ini disampaikan melalui informasi dari sekuritas terkait yang mendapat pengajuannya" EQUITY WORLD MANADO

Bos JP Morgan Jual 1 Juta Saham dan Kasih Peringatan Penting

PT Equityworld Futures Manado

Oct 30

PT. Equityworld Futures Manado - CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon dan keluarganya berencana untuk menjual satu juta saham mereka di bank tersebut mulai tahun depan.

Hal ini disampaikan melalui informasi dari sekuritas terkait yang mendapat pengajuannya, dikutip dari CNN.com pada Senin, (30/10/2023).

Dimon dan keluarganya saat ini memiliki sekitar 8,6 juta saham di perusahaan tersebut. Langkah ini menandai penjualan saham pertama Dimon selama 17 tahun memimpin JP Morgan Chase.

Saham JP Morgan Chase ditutup pada $140,76 pada perdagangan hari Kamis, sehingga nilai transaksinya sekitar US$ 141 juta.

"Dimon tetap yakin prospek perusahaan sangat kuat dan kepemilikannya di perusahaan akan tetap sangat signifikan," kata JP Morgan Chase dalam pengajuannya.

Baca Juga : Harga Emas Nyungsep Usai Pesta Pora, Kabar AS Buat Was-Was

Adapun sejauh ini belum ada komentar resmi dari perusahaan tersebut.

Sementa itu, saham JP Morgan Chase telah naik sekitar 5% tahun ini di tengah kondisi sulit bagi perbankan. Laju kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif sejak 2022, membuat permintaan pinjaman berkurang. Pada saat yang sama, bank-bank telah menyaksikan nilai investasi obligasi mereka terkikis nilainya.

JP Morgan Chase, bank AS dengan aset terbesar, telah berhasil menghasilkan pendapatan yang lebih baik tahun ini meskipun dalam kondisi yang penuh badai. Bank tersebut pada bulan Mei mengakuisisi sebagian besar aset dari pemberi pinjaman regional First Republic yang bangkrut, sebuah langkah yang membantu laba JP Morgan Chase melonjak 35% pada kuartal terakhir.

Namun Dimon telah memperingatkan bahwa perjuangan Federal Reserve melawan inflasi belum berakhir dan dapat melemahkan ketahanan perekonomian. Ia juga telah memberikan peringatan bahwa perang di Ukraina, Israel, dan Gaza dapat berdampak buruk terhadap pasar keuangan global dan hubungan geopolitik.

"Sekarang mungkin adalah saat paling berbahaya yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade terakhir," kata Dimon awal bulan ini, ketika mengumumkan hasil keuangan kuartal ketiga bank tersebut.

CNBC Indonesia

Comment
Tip icon image You can also reply to this email to leave a comment.

Manage your email settings or unsubscribe.

Trouble clicking? Copy and paste this URL into your browser:
https://equityworldmanado.wordpress.com/2023/10/30/bos-jp-morgan-jual-1-juta-saham-dan-kasih-peringatan-penting/

WordPress.com and Jetpack Logos

Get the Jetpack app to use Reader anywhere, anytime

Follow your favorite sites, save posts to read later, and get real-time notifications for likes and comments.

Download Jetpack on Google Play Download Jetpack from the App Store
WordPress.com on Twitter WordPress.com on Facebook WordPress.com on Instagram WordPress.com on YouTube
WordPress.com Logo and Wordmark title=

Automattic, Inc. - 60 29th St. #343, San Francisco, CA 94110  

Diposting oleh Equityworld Futures di 20.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

IHSG Rontok! Saham Penghuni Baru Malah Moncer, BREN Naik

 
Ilustrasi pergerakan saham

PT. Equityworld Futures Manado - Beberapa saham emiten yang baru listing selama Oktober melonjak tinggi di atas harga penawaran umum perdana (initial public offering/IPO). Bahkan, sudah ada yang terbang multibagger alias lebih dari 100%.

Dari total tujuh emiten yang melantai di bulan ini, sebanyak tiga saham berkinerja moncer. Saham emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi hot stock buruan para investor sejak awal manggung usai meroket ke angkasa.

Melantai sejak 9 Oktober lalu, harga saham emiten taipan Prajogo ini sudah terbang 420,5% ke Rp4.060/saham, menjadikan BREN sebagai salah satu saham IPO dengan kinerja paling tinggi di 2023.
Saham BREN sempat melesat sembilan hari berturut-turut di zona hijau dan sempat menyentuh auto reject atas (ARA) 5 hari beruntun.

Praktis, kini saham BREN memiliki kapitalisasi pasar (market cap) mencapai Rp543,17 triliun. Kurang dari sebulan, saham ini sudah menduduki peringkat keempat emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, di atas bank BUMN PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan market cap Rp532 miliar.

BREN kini berada dua peringkat di atas saham emiten tambang emas-tembaga Grup Salim yang juga ciamik sejak melantai pada 7 Juli 2023 PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang memiliki market cap Rp483,36 triliun.

Baca Juga :  Harga Emas Nyungsep Usai Pesta Pora, Kabar AS Buat Was-Was

BREN berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$29,24 juta atau setara dengan Rp445,78 miliar (asumsi kurs Rp15.243/US$) per kuartal I 2023.

Angka ini tumbuh 30,97% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$22,33 juta (Rp340,38 miliar) pada periode yang sama 2022. Ini seiring top line perusahaan yang positif dengan pendapatan naik 10,05% yoy menjadi US$147,08 juta pada 3 bulan pertama 2023.

BREN memang salah satu pemain utama dalam pengembangan panas bumi di Indonesia, sebuah sektor yang menjadi fokus dalam rencana energi terbarukan pemerintah.

Dengan potensi sumber daya panas bumi yang melimpah di Indonesia, BREN berada dalam posisi yang kuat untuk mendukung pertumbuhan energi terbarukan dalam bauran energi negara ini.

Kinerja keuangan yang positif dan pertumbuhan kapasitas yang pesat menjadikan BREN sebagai perusahaan yang menarik bagi para investor.

Hanya saja, bagi para investor, khususnya penganut value investing, sebaiknya menunggu perbaikan kinerja perusahaan lantaran valuasi BREN yang sangat mahal saat ini. Rasio price-to earnings (PER) atau perbandingan harga saham terhadap laba perusahaan BREN mencapai 336,94 kali, di atas aturan umum yang hanya 10-15 kali.

Melansir prospektus IPO perusahaan, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) tersebut menawarkan maksimal 4 miliar saham biasa dengan nominal Rp 150 yang mewakili sebanyak-banyaknya 3,35% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Perusahaan energi yang akan menggunakan kode saham BREN ini menawarkan saham di harga Rp780 per saham. Dengan begitu, BREN berkesempatan untuk mendapat kucuran dana sekitar Rp3,13 triliun.

Penggunaan dana IPO setelah dikurangi biaya akan digunakan untuk membayar sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public Company Limited sebanyak-banyaknya sebesar US$158.588.321.

Selain itu, IPO BREN juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada Star Energi Oil & Gas Pte. Ltd (SEOG). perihal penunjukan Star sebagai pemegang saham ACEHI. Rinciannya pembayaran kepada SEOG sebesar US$ 66,50 juta dan kepada Perseroan sebesar US$ 6 juta.

Biaya yang dibayarkan Star kepada perseroan akan digunakan untuk pembayaran gaji, biaya jasa dan biaya sewa. Selain saham BREN, saham emiten minuman alkohol PT Lovina Beach Brewery Tbk (STRK) juga yak kalah ciamik. Saham STRK sudah melonjak 214% sejak listing pada 10 Oktober 2023.

Dalam IPO, STRK menawarkan saham sebanyak 1,18 miliar saham di harga penawaran Rp100/saham dan meraup dana Rp118 miliar.

Ke depan, STRK menargetkan pendapatan Rp50 miliar setelah mendapat dana segar dari IPO. Diketahui, STRK mencatatkan kerugian nego kepada entitas induk Rp7,15 miliar pada Desember 2021. Namun, emiten arak Bali ini membalik keadaan menjadi laba Rp4,55 miliar.

Direktur Utama STRK Bona Budhisurya mengatakan, salah satu faktor yang membuat laba nya minus di 2021 adalah karena pabriknya harus tutup selama pandemi.

"Hotel di Bali sangat parah, tutup jadi kita juga pendapatan banyak dari hotel jadi hotelnya tutup ya kita semakin pasti ikut juga," ungkap Bona saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, (10/10/2023).

Setelah pandemi membaik, STRK mulai merapihkan penjualannya. Pada Maret 2023, STRK mencatatkan pendapatan sebesar Rp10,85 miliar. Sementara di Desember 2022 laba STRK mencapai Rp30,93 miliar.

Sementara di akhir tahun ini, STRK menargetkan pendapatan hingga Rp50 miliar. Bona pun telah menyiapkan beberapa strategi untuk mencapai itu. Salah satunya dengan meluncurkan produk baru, termasuk Whiskey dan Tequilla.

Kedepannya, produk Whiskey tersebut akan diluncurkan tahun depan. Sementara produk Tequilanya masih dalam pengembangan yang ditargetkan meluncur dua tahun lagi. Ia pun membidik pembukaan kebun bahan baku baru di Kalimantan atau di Jawa.

"(Untuk Tequila) kita mesti benar-benar lihat di sana mereka prosesnya gimana dan iklimnya gimana di Indonesia cocoknya daerah mana," jelasnya.

Selain BREN dan STRK, saham perusahaan GPS tracker, PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) dengan merek Dox Logger juga sukses naik, walaupun hanya 3% ke Rp103/saham.

Dalam hajatan IPO, IOTF menawarkan saham baru sebanyak-banyak 1,1 miliar lembar yang setara dengan kepemilikan publik atau free float 20,82%. Harga saham dipatok Rp100 per saham. Alhasil, perseroan akan mendapatkan dana segar senilai Rp110 miliar.

 

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

 

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.35 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 26 Oktober 2023

Asing Net Sell Rp1,39 T, Ini 10 Saham yang Dilepas Asing

 Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT. Equityworld Futures Manado - Setelah menguat dua hari beruntun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ambruk pada perdagangan Kamis (26/10/2023). Indeks ditutup ambruk 1,75% ke 6.714,52. IHSG kembali ke level psikologis 6.700, setelah sempat rebound ke level psikologis 6.800.

Adapun nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Terdapat 153 saham naik, 397 saham turun, dan 200 saham stagnan.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih jumbo sebesar Rp1,39 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp1,37 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp17,08 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Baca Juga :  Harga Emas Gagal Tembus US$ 2.000, Gara-Gara Amerika!

Lantas, saham apa saja yang ramai-ramai dilepas asing kala IHSG ambruk? Mengutip RTI Business, berikut net foreign sell hari Kamis!

1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) - Rp852,7 miliar

2. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp206,9 miliar

3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp176,0 miliar

4. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) - Rp88,4 miliar

5. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) - Rp82,2 miliar

6. PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) - Rp44,1 miliar

7. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) - Rp31,3 miliar

8. PT Astra International Tbk. (ASII) - Rp30,1 miliar

9. PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) - Rp27,8 miliar

10. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) - Rp18,7 miliar

 

 

cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.22 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 25 Oktober 2023

Tekanan dari AS Meningkat, Waspada Rupiah Melemah Lagi!

 Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

PT. Equityworld Futures Manado - Rupiah terpantau melemah lagi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat tekanan eksternal kembali meningkat terutama dari negeri Paman Sam, kendati begitu posisinya masih bertahan di level Rp15.800/US$.

Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda pada perdagangan yang berakhir kemarin, Rabu (25/10/2023) ditutup di angka Rp15.865/US$ atau melemah 0,13%. Posisi ini berbanding terbalik dengan penguatan kemarin (24/10/2023) yang ditutup di angka Rp15.845/US$.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (25/10/2023) pukul 14.59 WIB menguat sebesar 0,05% menjadi 106,31. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (24/10/2023) yang berada di angka 106,27.

Pelemahan rupiah kemarin salah satunya didorong akibat ekspektasi konsensus perihal pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal-III 2023 (quarter on quarter/qoq adv) menjadi 4,3% qoq dibandingkan kuartal-II yang sebesar 2,1% pada Kamis (26/10/2023).

Baca Juga : Kepada Pemilik Emas Silahkan Senyum Lagi, Harganya Terbang

Ekonomi AS yang masih kuat didukung dengan pertumbuhan ekonomi kuartal nya yang berpotensi meningkat, akan memberikan tekanan terhadap rupiah karena investor melihat ekonomi AS saat ini sedang ketat dan panas.

Tidak hanya itu, koreksi rupiah saat ini juga terjadi karena sikap bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan akan bertahan tinggi dalam waktu yang lama (higher for longer).

"The Fed berpotensi menahan suku bunga tinggi lebih lama. Hal ini selain karena perang dan harga minyak juga karena data ekonomi AS lebih tinggi dari perkiraan" ujar Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee.

Meskipun terjadi pelemahan, komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan merilis paket kebijakan untuk merespons situasi perekonomian terkini. Terutama yang disebabkan oleh global yang memburuk dan berdampak ke ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa depresiasi yang terjadi pada mata uang Garuda masih dalam batas aman khususnya untuk berbagai sektor mulai dari riil hingga perbankan. Dirinya juga menyebut, depresiasi yang terjadi juga masih aman untuk inflasi.

"Kalau kita lihat presentase depresiasi mata uang kita masih aman," kata Jokowi dalam pertemuan kemarin, Selasa (24/10/2023).

Selain itu, Jokowi juga menggarisbawahi ekonomi RI yang mampu tumbuh di atas 5% kala ekonomi dunia lain mengalami perlambatan, bahkan ada pula yang terkontraksi.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih dalam tren besar pelemahan, dengan begitu pelaku pasar perlu mencermati posisi level psikologis Rp15.900/US$ yang menjadi target pelemahan terdekat.

Kendati demikian, pelaku pasar juga bisa memperhatikan posisi support terdekat pada garis rata-rata selama 100 jam atau moving average 100 (MA100) di Rp15.830/US$. Posisi ini bisa dijadikan target penguatan apabila ada pembalikan arah dari rupiah dalam melawan dolar AS.

Pergerakan rupiah melawan dolar AS 
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 18.31 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Selasa, 24 Oktober 2023

Asing Terciduk Borong 10 Saham Ini Kala IHSG Melesat


Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)PT. Equityworld Futures Manado - Setelah sehari sebelumnya 'babak belur', Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin bangkit dan balik ke level psikologis 6.800. Adapun indeks ditutup di zona penguatan 0,96% atau di level psikologis 6.806,76.

Bahkan, IHSG melesat hingga 1% pada perdagangan sesi II Selasa (24/10/2023). Ini terjadi setelah kemarin ambles 1,57% di 6.741,96 pada perdagangan Senin (23/10/2023).

Baca Juga : Harga Emas Jeblok Lagi, Yakin Masih Bisa Tembus US$ 2.000?

Adapun nilai transaksi selama perdagangan kemarin sebesar Rp8,20 triliun, dengan volume transaksi sebanyak 18,65 miliar saham. Tercatat sebanyak 380 saham hijau, 179 merah, sedangkan 175 kuning atau jalan di tempat.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp347,43 miliar di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp302,42 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp45,01 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Maka, saham-saham apa yang kompak diborong asing saat IHSG rebound kemarin? Mengutip RTI Business, berikut net foreign buy sepanjang perdagangan hari Selasa.

1. PT Astra International Tbk. (ASII) - Rp39,5 miliar

2. PT MD Pictures Tbk. (FILM) - Rp 32,3 miliar

3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp 22,9 miliar

4. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) - Rp 20,0 miliar

5. PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) - Rp 18,0 miliar

6. PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) - Rp 17,6 miliar

7. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) - Rp 15,3 miliar

8. PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) - Rp 12,1 miliar

9. PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) - Rp 9,9 miliar

10. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) - Rp 8,0 miliar

 

 

cnbcindonesia.com


Diposting oleh Equityworld Futures di 17.15 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rupiah Makin Merana, Hari Ini Dolar AS Bisa Tembus Rp16.000?

 Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)

PT. Equityworld Futures Manado - Nilai tukar rupiah makin babak belur dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), posisinya makin mendekati level psikologis Rp16.000/US$ akibat tekanan eksternal dan hawa politik yang memanas.

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.930/US$ atau melemah 0,38% bahkan di tengah perdagangan sempat menyentuh titik terlemahnya yakni Rp15.965/US$ pada Senin (23/10/2023). Penutupan kemarin menjadi yang terlemah sejak 3,5 tahun terakhir dan melanjutkan koreksi selama empat hari beruntun. 

Ambruknya rupiah disinyalir karena aliran dana keluar yang masih deras, data transaksi 16 - 19 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp5,36 triliun terdiri dari jual neto Rp3,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp3,01 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,10 triliun di SRBI.

Tak hanya itu, ketidakpastian eksternal masih meningkat lantaran kekhawatiran konflik regional di Timur Tengah meluas dan era suku bunga tinggi di AS yang akan berlangsung lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Mengutip Agence France-Presse (AFP), para investor cenderung mencermati konflik Timur Tengah. 

Beralih lagi ke mata uang Garuda pada hari ini, Selasa (24/10/2023) masih potensi bergerak fluktuatif seiring dengan investor yang wait and see terhadap kondisi ekonomi global dan politik nasional. Investor sedang memasang modewait and seesembari memantau proses pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024.

Sebagai informasi ada tiga capres yang akan maju pada Pilpres 2024, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Kini, ketiga pasangan calon (paslon) sudah memiliki capres dan cawapresnya.Adapun masa pendaftaran capres-cawapres Pemilu 2024 atau Pilpres 2024 akan berlangsung sepekan mulai dari 19 Oktober hingga 25 Oktober.

Baca Juga : Harga Emas Mulai Loyo, Tenang Ini Hanya Sementara!

Kendati demikian, upaya penstabilan rupiah terus diupayakan dari dalam negeri mulai dari senjata Bank Indonesia (BI) yang sudah diumumkan pekan lalu terkait kenaikan suku bunga beserta sejumlah stimulus, dan terbaru akan ada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang disinyalir bakal merilis paket kebijakan baru. 

Diketahui, KSSK akan merilis paket kebijakan untuk merespons situasi perekonomian terkini. Terutama yang disebabkan oleh global yang memburuk dan berdampak ke ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSS) Ke Istana Negara, Senin (23/10/2023), guna memberikan update situasi terkini dan perkembangan ekonomi global. Rapat ini digelar di tengah kabar melemahnya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS)

Hadir dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani didampingi oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.

Pemanggilan khusus tim KSSK ke Istana ini menunjukkan pelemahan rupiah dan situasi ekonomi global saat ini sudah membuat banyak pihak khawatir, termasuk Jokowi.

Teknikal Rupiah 

Dalam basis waktu per jam, tren pelemahan rupiah dalam melawan dolar AS masih cukup kuat, bahkan level psikologis di Rp16.000/US$ kini menjadi resistance kuat yang potensial diuji dalam jangka pendek. Tren pelemahan yang kuat tersebut nampak dari gerak rupiah yang masih berada di atas garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20). 

Kendati demikian, terlihat dari volume dan harga sudah mulai ada divergensi yang menunjukkan bahwa pelemahan rupiah tidak diikuti dengan volume yang tinggi, hal ini bisa menjadi tanda adanya pembalikan arah jangka pendek. Oleh karena itu, posisi support pada Rp15.910/US$ yang bertepatan dengan garis MA20 menjadi posisi terdekat sebagai target penguatan rupiah yang perlu dicermati. 

Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu satu jamFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu satu jam

CNBC INDONESIA RESEARCH


Diposting oleh Equityworld Futures di 01.36 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Minggu, 22 Oktober 2023

Suku Bunga Naik & IHSG Ambruk, Asing Net Sell BBCA Rp 1,1 T

 Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT. Equityworld Futures Manado - Sepanjang perdagangan pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,68%. Sedangkan pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023), IHSG mencatatkan naik tipis 0,04% di angka 6.849,168.

Indeks hanya dua kali ditutup di zona hijau sepanjang perdagangan pekan lalu. Melemahnya IHSG bersamaan dengan rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS sebesar 1,21% dan ditutup di posisi Rp15.870/US$ pada pekan lalu meski bank sentral telah menaikkan suku bunga 25 basis poin (0,25%) ke 6.00%.

Sementara itu, sepanjang pekan lalu investor asing terpantau melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 3,01 triliun di seluruh pasar. Rinciannya, sebesar Rp 2,49 triliun di pasar reguler dan sebesar Rp 510,55 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Baca Juga :  Kepada Pemilik Emas: Ini Skenario Kapan Harga Rekor dan Tekor

Maka, apa saja saham yang dibuang asing di kala IHSG bergerak loyo? Mengutip RTI Business, berikut net foreign sell sepanjang pekan lalu!

1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) - Rp 1,1 triliun

2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) - Rp 692,7 miliar

3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) - Rp 560,6 miliar

4. PT Astra International Tbk. (ASII) - Rp 222,1 miliar

5. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) - Rp 141,7 miliar

6. PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) - Rp 97,1 miliar

7. PT Indosat Tbk. (ISAT) - Rp 79,7 miliar

8. PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) - Rp 58,4 miliar

9. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) - Rp 47,9 miliar

10. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) - Rp 40,1 miliar

 

 

 

cnbcindonesia.com

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.53 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 19 Oktober 2023

Penguasa The Fed Akan Bersabda, Ini Bocorannya!

 Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

PT. Equityworld Futures Manado
- Chairman bank sentral Amerika Serikat  The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan berbicara pada acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, pada Kamis malam nanti (19/10/2023). Pidato Powell akan ditunggu-tunggu mengingat pelaku pasar ingin mencari tahu arah kebijakan The Fed ke depan setelah inflasi AS masih melaju kencang.

Tepat pukul 11 malam hari ini, Powell akan memberikan pidato dengan fokus menekan inflasi meskipun mungkin saat ini memerlukan sedikit kekuatan. Hal ini ia lakukan mengingat inflasi AS yang masih cukup tinggi yakni 3,7% (year on year/yoy) dan menjauhi target The Fed yakni 2%.

Inflasi AS mencapai 3,7% (yoy) pada September 2023, di atas ekspektasi pasar (3,6%). Inflasi masih jauh di atas target The Fed yakni 2%. Inflasi masih tinggi meskipun suku bunga sudah dikerek sebesar 525 bps menjadi 5,25-5,5%.

Sebagian besar pasar memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunganya, namun mereka akan menunggu konfirmasi dan klarifikasi dari Powell mengenai bagaimana para pejabat AS memandang kondisi saat ini dan tren jangka panjang.

Sebagai catatan, menurut perangkat CME FedWatch, sebanyak 11,5% pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sedangkan 88,5% meyakini The Fed masih akan menahan suku bunganya.

"Powell selalu mengambil tindakan apa pun yang membantu memperkuat narasi bahwa mereka perlu tetap waspada, dan untuk alasan yang dapat dimengerti," kata Luke Tilley, kepala ekonom di Wilmington Trust.

"Saya hanya memperkirakan dia akan terus berbicara tentang kekuatan ekonomi dan kekuatan konsumen yang mengejutkan di kuartal ketiga sebagai risiko inflasi. Itu adalah amunisi yang cukup untuk terus berbicara tentang tetap waspada."

Baca Juga : Breaking! Sinar Emas Bikin Silau, Harganya Terbang Hampir 3%

Pada dasarnya, Tilley memperkirakan pesan Powell akan terbagi menjadi tiga bagian: The Fed perlu menaikkan suku bunga dengan cepat, dan hal tersebut berhasil; bahwa mereka harus menemukan tingkat puncak, yang merupakan bagian dari perdebatan saat ini; dan perlu mengetahui berapa lama suku bunga harus tetap setinggi ini agar inflasi kembali ke target 2%.

"Sebenarnya tujuan utama mereka adalah menjaga kondisi keuangan tetap ketat sehingga inflasi bisa turun," ujarnya. "Dia akan menggunakan kerangka tersebut, bahkan jika dia bersikap dovish pada 2 November (rapat FOMC) atau Desember untuk mengalihkan sikap hawkishnya ke pertanyaan ketiga tentang berapa lama untuk mempertahankan suku bunga setinggi ini." imbuhnya.

"Suku bunga higher for longer (Lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama)" telah menjadi mantra tidak resmi dalam beberapa hari terakhir, dimana Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker awal pekan ini menyebutkan istilah tersebut secara khusus untuk menggambarkan bagaimana perasaannya terhadap kebijakan.

Harker adalah salah satu dari beberapa pejabat The Fed, termasuk gubernur Philip Jefferson, yang berbicara awal bulan ini, dan Christopher Waller, yang berbicara pada hari Rabu, yang menganjurkan untuk menunda kenaikan suku bunga setidaknya dalam waktu dekat sambil mempertimbangkan dampak dari data yang masuk. Waller mengatakan The Fed bisa "menunggu, mengamati dan melihat" sebelum menentukan suku bunga.

Powell kemungkinan akan mengulangi fokus The Fed ke depan yakni menentukan suku bunga bergantung pada data setelah mengambil jalur yang jauh lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali dengan total 525 bps, yang merupakan level tertinggi dalam 22 tahun. The Fed memilih untuk tidak menaikkan suku bunga pada September lalu. Namun, BI mengisyaratkan akan ada kenaikan sekali lagi tahun ini.

Ekspektasi kenaikan suku bunga melambungkan dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS terbang ke 106, 63 sementara US Treasury tenor 10 tahun melesat ke 4,96%.

Kepala kebijakan global dan strategi bank sentral di Evercore ISI, Krishna Guha mengatakan bahwa Powell akan tetap berpegang pada pesan bahwa data yang dirilis lebih kuat dari yang diharapkan.

Namun, ada juga pergerakan besar dalam imbal hasil, yang telah memperketat kondisi keuangan, sehingga tidak ada urgensi untuk melakukan respons kebijakan pada November dan The Fed dapat melakukan hal tersebut dan mengadopsi pendekatan wait and see.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

 

 

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.20 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Rabu, 18 Oktober 2023

Wall Street Dibuka Merah, Khawatir Dampak Perang Israel-Hamas

 Ilustrasi Wall Street. (AP/Richard Drew)

PT. Equityworld Futures Manado - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, serempak dibuka memerah pada Rabu (18/10/2023) waktu setempat di tengah investor menantikan rilis laporan laba perusahaan per kuartal III-2023.

Indeks Dow Jones turun 0,59%, S&P 500 minus 0,87%, dan Nasdaq Composite tergerus 1,06%.

Wall Street terus menilai dampak perang Israel-Hamas yang terus berkecamuk dan efeknya ke aset-aset safe-haven.

Para investor juga menganalisis pendapatan kuartal ketiga terbaru seiring dengan meningkatnya musim pelaporan demi mengukut dampak inflasi dan tingginya suku bunga terhadap dunia bisnis.

Saham United Airlines turun lebih dari 6% karena panduan yang kurang optimistis, sedangkan saham Procter & Gamble naik lebih dari 2% setelah mengalahkan ekspektasi analis untuk kuartal tersebut. 

Baca Juga :  Breaking! Harga Emas Terbang 1% Lebih, Tertinggi 2,5 Bulan

Kemudian, saham Netflix dan Tesla adalah salah satu nama besar yang akan merilis kinerja kuartal III usai pasar tutup.

Lebih dari 10% perusahaan di S&P 500 telah melaporkan hasilnya, menurut FactSet. Dari laporan tersebut, sekitar 78% telah melampaui ekspektasi analis.

"Tidak mengherankan jika laba cenderung melampaui perkiraan analis" mengingat perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan yang sudah rendah, kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial, dikutip CNBC International, Rabu (18/10/2023).

"Ini lebih tentang prospek, dan arah suku bunga yang benar-benar akan memberikan informasi arah saham dalam jangka pendek hingga menengah," imbuhnya.

 

 

cnbcindonesia.com

Diposting oleh Equityworld Futures di 17.19 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Selasa, 17 Oktober 2023

Khawatir Yield Treasury Naik, Wall Street Merah Nih

 
Ilustrasi Wall Street. (AP/J. David Ake)

PT. Equityworld Futures Manado - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, kompak dibuka terkoreksi pada Selasa (17/10/2023) waktu setempat. Ini seiring imbal hasil (yield) obligasi US Treasury yang kembali naik yang turut membuat investor khawatir di tengah musim laporan laba kuartal III yang sedang berlangsung.

Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,15%, indeks S&P 500 melemah 0,14%, dan Nasdaq Composite merosot 0,31%.

Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun mencapai 4,80%, mencapai level tertinggi sejak 6 Oktober - ketika diperdagangkan pada 4,887%. Level ini seiring data penjualan ritel yang lebih panas dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Penjualan ritel AS naik 0,7% pada September, dibandingkan perkiraan kenaikan 0,3%, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters, karena rumah tangga meningkatkan pembelian kendaraan bermotor dan menghabiskan lebih banyak uang di restoran dan bar, menunjukkan perekonomian mengakhiri kuartal ketiga dengan kuat.

Meningkatnya imbal hasil telah menekan pasar secara umum dalam beberapa pekan terakhir karena para investor menilai prospek kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang lebih ketat lebih lama dari perkiraan. Investor juga mempertimbangkan potensi dampak perang Israel-Hamas terhadap perekonomian global.

"Penjualan ritel lebih tinggi dari ekspektasi pagi ini [Selasa waktu setempat] yang menyebabkan imbal hasil kembali naik ke tingkat yang bermasalah bagi pasar," kata Alex McGrath, kepala investasi NorthEnd Private Wealth. 

Baca Juga :  Dibantu Perang, Harga Emas Tetap Kencang Meski Ditekan AS

"Data ini terus membebani investor yang kesulitan mencerna pernyataan netral The Fed untuk mendapatkan daya tarik pada tindakan The Fed di masa depan," tambahnua.

Yang pasti, awal yang baik untuk musim laporan keuangan kuartal ketiga membantu meredakan kekhawatiran.

Saham Bank of America naik lebih dari 1% setelah bank tersebut mengalahkan ekspektasi analis pada kuartal ketiga.

Namun, Goldman Sachs turun lebih dari 1% seiring investor menganalisis laporan terbaru raksasa keuangan tersebut.

Di luar saham sektor keuangan, saham sektor keamanan Lockheed Martin naik sekitar 1,5% setelah melampaui perkiraan konsensus untuk kuartal ketiga.

Saham farmasi Johnson & Johnson bertambah hampir 1% setelah mengalahkan ekspektasi analis pada kuartal tersebut dan meningkatkan panduan setahun penuh

Pergerakan pada Selasa membalik kenaikan pada hari sebelumnya. Dow menyelesaikan Senin dengan kenaikan lebih dari 300 poin, sedangkan S&P 500 dan Nasdaq mengakhiri sesi dengan kenaikan lebih dari 1%.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Diposting oleh Equityworld Futures di 22.37 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

IHSG & Rupiah dalam Kepungan Israel-Hamas & Kandidat Cawapres

 Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

PT. Equityworld Futures Manado - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot ke bawah level psikologis 6.900 pada perdagangan Senin (16/10/2023). Senasib, rupiah juga tak berkutik di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).  Sebaliknya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun yang menandai pembelian oleh investor.

Kinerja pasar keuangan Indonesia diharapkan membaik pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman3 artikel ini,

IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (16/10/2023), ditutup melemah 0,44% ke 6.896,29 seiring 376 saham turun dan hanya 183 saham naik serta 204 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp10,47 triliun dan volume perdagangan 40,52 miliar saham.

Investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) Rp35,11 miliar di pasar reguler, dengan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi sasaran jual tertinggi, yakni hingga Rp100,9 miliar.

Memerahnya IHSG bersamaan dengan terkoreksinya bursa Asia. Indeks Nikkei Tokyo ambles 2,03%, Hang Seng merosot 0,97%, Shanghai Composite minus 0,46%, Strait Times Index Singapura melemah 0,69%.

Sementara, rupiah melemah terhadap dolar AS di saat impor Indonesia mengindikasikan pelemahan meskipun neraca dagang masih mengalami surplus.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.715/US$ atau melemah 0,22% terhadap dolar AS. Posisi ini memutus tren penguatan rupiah yang menguat selama tiga hari beruntun sejak 11 Oktober 2023.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (16/10/2023) ditutup di posisi di posisi 106,2 atau % jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (13/10/2023) yang ditutup di angka 106,65.

Pada Senin, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data neraca dagang beserta data ekspor dan impor Indonesia. Neraca perdagangan bulan September 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar US$3,42 miliar. Dengan surplus ini, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 41 bulan berturut-turut.

Surplus ini lebih tinggi 0,30% (month to month/mtm) dari surplus bulan Agustus US$3,12 miliar, tetapi lebih rendah 1,54% (year on year/yoy) dari surplus September 2022. Adapun surplus disebabkan oleh impor yang turun 12,45% secara tahunan (yoy) dan 8,15% secara bulanan (mtm). Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar, turun 16,17% secara tahunan (yoy) dan sebesar 5,63% (mtm).

Baca Juga : Pemilik Emas Mohon Tenang, Harga Ambles Tapi Diamal Naik Lagi

"Neraca perdagangan Indonesia September 2023 mengalami surplus US$3,42 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,34 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,92 miliar," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Senin (16/10).

Kendati neraca dagang masih surplus bahkan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun impor masih cukup rendah yang berarti masyarakat masih cenderung memilih untuk mengurangi belanja/konsumsinya sehingga berpotensi membuat perekonomian Indonesia sulit bertumbuh.

Selain itu, capital outflow dari pasar keuangan Indonesia masih terus terjadi mengingat spread antara US Treasury tenor 10 tahun dengan SBN tenor 10 tahun sudah semakin sempit yakni sebesar 212 basis poin.

Data transaksi 9 - 12 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp4,32 triliun, terdiri dari jual neto Rp4,62 triliun di pasar SBN, jual neto Rp0,10 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di SRBI. Alhasil tekanan terhadap mata uang Garuda semakin tidak terbendung.

Pelemahan rupiah semakin kental mengingat suku bunga BI tampaknya akan kembali ditahan pada Kamis (19/10/2023) yakni di posisi 5,75%. 
Dari pasar SBN, investor sudah mulai kembali ke pasar obligasi dalam negeri. Hal ini tercermin dari makin melemahnya imbal hasil. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun melandai ke 6,76% pada perdagangan kemarin dari posisi sebelumnya 6,78%.



cnbcindonesia.com/research

Diposting oleh Equityworld Futures di 02.01 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Komentar (Atom)
Visit Us

  • PT Equityworld Pusat

  • PT Equityworld Sahid Sudirman Jakarta

  • PT Equityworld Surabaya

  • PT Equityworld Manado

  • PT Equityworld Medan

  • PT Equityworld Semarang

  • PT Equityworld Cyber2 Jakarta

  • PT Equityworld Samarinda

  • Lowongan PT Equityworld Futures Pusat

  • PT. Equityworld Futures adalah

  • PT. Equityworld Futures | Perusahaan Investasi Berjangka

  • PT. Equityworld Futures No. 11, tanggal 4 November 2008 Pengesahan

MEMBER OF :

KBI | PT EQUITYWORLD FUTURES BAPPEBTI | PT EQUITYWORLD FUTURES JFX | PT EQUITYWORLD FUTURES ForexIndonesia | PT EQUITYWORLD FUTURES Portal News | PT EQUITYWORLD FUTURES Online Trading | PT EQUITYWORLD FUTURES

Mengenai Saya

Equityworld Futures
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ►  2024 (130)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (20)
    • ►  Maret (30)
    • ►  Februari (36)
    • ►  Januari (36)
  • ▼  2023 (100)
    • ►  Desember (28)
    • ►  November (44)
    • ▼  Oktober (27)
      • Laba JTPE Naik 176% Jadi Rp 162 Miliar, Ini Pemicunya
      • Siaga 1! The Fed Umumkan Suku Bunga, Inflasi RI Di...
      • Harga Batu Bara Naik Tipis, Proyeksinya Suram
      • Rupiah Loyo & Suku Bunga Tinggi, Cek Hasil Stress ...
      • OJK: Pasar Keuangan RI Stabil di Tengah Gejolak Gl...
      • [New post] Bos JP Morgan Jual 1 Juta Saham dan Kas...
      • IHSG Rontok! Saham Penghuni Baru Malah Moncer, BRE...
      • Asing Net Sell Rp1,39 T, Ini 10 Saham yang Dilepas...
      • Tekanan dari AS Meningkat, Waspada Rupiah Melemah ...
      • Asing Terciduk Borong 10 Saham Ini Kala IHSG Melesat
      • Rupiah Makin Merana, Hari Ini Dolar AS Bisa Tembus...
      • Suku Bunga Naik & IHSG Ambruk, Asing Net Sell BBCA...
      • Penguasa The Fed Akan Bersabda, Ini Bocorannya!
      • Wall Street Dibuka Merah, Khawatir Dampak Perang I...
      • Khawatir Yield Treasury Naik, Wall Street Merah Nih
      • IHSG & Rupiah dalam Kepungan Israel-Hamas & Kandid...
      • Bursa CPO RI Diluncurkan, Bagaimana Kabar Saham Em...
      • Rupiah Mampu Bangkit Karena Empat Faktor Ini
      • Perang Makin Memanas, Deretan Saham Ini Masih Bisa...
      • Kondisi Global Tak Buat Gentar, Rupiah Strong
      • Wall Street Merana Akibat Perang Israel-Hamas!
      • Hasil Ramalan 'Gandalf' JPMorgan: Wall Street Bisa...
      • Harga Batu Bara, Emas & CPO Ambruk Berjamaah
      • Rupiah Melemah, Deretan Perusahaan Ini Malah Bisa ...
      • Jalan Terjal Rupiah di 2023: Dulu Rp14.600 Kini Rp...
      • Wall Street Gamang, Waswas Suku Bunga The Fed
      • Ngeri! Sepanjang September Minyak Dunia Melesat Ha...
    • ►  September (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2021 (55)
    • ►  November (17)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (10)
  • ►  2020 (75)
    • ►  Desember (16)
    • ►  November (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (35)
    • ►  Januari (12)
  • ►  2019 (81)
    • ►  Desember (34)
    • ►  November (45)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.