PT. Equityworld Futures Manado - Beberapa saham emiten yang baru listing selama Oktober melonjak
tinggi di atas harga penawaran umum perdana (initial public
offering/IPO). Bahkan, sudah ada yang terbang multibagger alias lebih
dari 100%.
Dari total tujuh emiten yang melantai di bulan ini, sebanyak tiga saham berkinerja moncer. Saham emiten geotermal PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi hot stock buruan para investor sejak awal manggung usai meroket ke angkasa.
Melantai sejak 9 Oktober lalu, harga saham emiten taipan Prajogo ini
sudah terbang 420,5% ke Rp4.060/saham, menjadikan BREN sebagai salah
satu saham IPO dengan kinerja paling tinggi di 2023.
Saham
BREN sempat melesat sembilan hari berturut-turut di zona hijau dan
sempat menyentuh auto reject atas (ARA) 5 hari beruntun.
Praktis, kini saham BREN memiliki kapitalisasi pasar (market
cap) mencapai Rp543,17 triliun. Kurang dari sebulan, saham ini sudah
menduduki peringkat keempat emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar,
di atas bank BUMN PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan market cap Rp532
miliar.
BREN kini berada dua peringkat di atas saham emiten tambang
emas-tembaga Grup Salim yang juga ciamik sejak melantai pada 7 Juli 2023
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang memiliki market cap
Rp483,36 triliun.
Baca Juga : Harga Emas Nyungsep Usai Pesta Pora, Kabar AS Buat Was-Was
BREN berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan yang
diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$29,24 juta atau setara
dengan Rp445,78 miliar (asumsi kurs Rp15.243/US$) per kuartal I 2023.
Angka ini tumbuh 30,97% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi US$22,33 juta (Rp340,38 miliar) pada periode yang sama 2022. Ini seiring top line perusahaan yang positif dengan pendapatan naik 10,05% yoy menjadi US$147,08 juta pada 3 bulan pertama 2023.
BREN memang salah satu pemain utama dalam pengembangan panas
bumi di Indonesia, sebuah sektor yang menjadi fokus dalam rencana energi
terbarukan pemerintah.
Dengan potensi sumber daya panas bumi yang melimpah di
Indonesia, BREN berada dalam posisi yang kuat untuk mendukung
pertumbuhan energi terbarukan dalam bauran energi negara ini.
Kinerja keuangan yang positif dan pertumbuhan kapasitas yang
pesat menjadikan BREN sebagai perusahaan yang menarik bagi para
investor.
Hanya saja, bagi para investor, khususnya penganut value
investing, sebaiknya menunggu perbaikan kinerja perusahaan lantaran
valuasi BREN yang sangat mahal saat ini. Rasio price-to earnings (PER)
atau perbandingan harga saham terhadap laba perusahaan BREN mencapai
336,94 kali, di atas aturan umum yang hanya 10-15 kali.
Melansir prospektus IPO perusahaan, anak usaha PT Barito
Pacific Tbk (BRPT) tersebut menawarkan maksimal 4 miliar saham biasa
dengan nominal Rp 150 yang mewakili sebanyak-banyaknya 3,35% dari modal
ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Perusahaan energi yang
akan menggunakan kode saham BREN ini menawarkan saham di harga Rp780
per saham. Dengan begitu, BREN berkesempatan untuk mendapat kucuran dana
sekitar Rp3,13 triliun.
Penggunaan dana IPO setelah dikurangi biaya akan digunakan
untuk membayar sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public
Company Limited sebanyak-banyaknya sebesar US$158.588.321.
Selain itu, IPO BREN juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban
pembayaran kepada Star Energi Oil & Gas Pte. Ltd (SEOG). perihal
penunjukan Star sebagai pemegang saham ACEHI. Rinciannya pembayaran
kepada SEOG sebesar US$ 66,50 juta dan kepada Perseroan sebesar US$ 6
juta.
Biaya yang dibayarkan Star kepada perseroan akan digunakan untuk pembayaran gaji, biaya jasa dan biaya sewa. Selain
saham BREN, saham emiten minuman alkohol PT Lovina Beach Brewery Tbk
(STRK) juga yak kalah ciamik. Saham STRK sudah melonjak 214% sejak
listing pada 10 Oktober 2023.
Dalam IPO, STRK menawarkan saham sebanyak 1,18 miliar saham di harga penawaran Rp100/saham dan meraup dana Rp118 miliar.
Ke depan, STRK menargetkan pendapatan Rp50 miliar setelah mendapat dana segar dari IPO. Diketahui,
STRK mencatatkan kerugian nego kepada entitas induk Rp7,15 miliar pada
Desember 2021. Namun, emiten arak Bali ini membalik keadaan menjadi laba
Rp4,55 miliar.
Direktur Utama STRK Bona Budhisurya mengatakan, salah satu
faktor yang membuat laba nya minus di 2021 adalah karena pabriknya harus
tutup selama pandemi.
"Hotel di Bali sangat parah, tutup jadi kita juga pendapatan
banyak dari hotel jadi hotelnya tutup ya kita semakin pasti ikut juga,"
ungkap Bona saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa,
(10/10/2023).
Setelah pandemi membaik, STRK mulai merapihkan penjualannya.
Pada Maret 2023, STRK mencatatkan pendapatan sebesar Rp10,85 miliar.
Sementara di Desember 2022 laba STRK mencapai Rp30,93 miliar.
Sementara di akhir tahun ini, STRK menargetkan pendapatan hingga Rp50 miliar. Bona
pun telah menyiapkan beberapa strategi untuk mencapai itu. Salah
satunya dengan meluncurkan produk baru, termasuk Whiskey dan Tequilla.
Kedepannya, produk Whiskey tersebut akan diluncurkan tahun
depan. Sementara produk Tequilanya masih dalam pengembangan yang
ditargetkan meluncur dua tahun lagi. Ia pun membidik pembukaan kebun
bahan baku baru di Kalimantan atau di Jawa.
"(Untuk Tequila) kita mesti benar-benar lihat di sana mereka
prosesnya gimana dan iklimnya gimana di Indonesia cocoknya daerah mana,"
jelasnya.
Selain BREN dan STRK, saham perusahaan GPS tracker, PT Sumber
Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) dengan merek Dox Logger juga sukses naik,
walaupun hanya 3% ke Rp103/saham.
Dalam hajatan IPO, IOTF menawarkan saham baru sebanyak-banyak
1,1 miliar lembar yang setara dengan kepemilikan publik atau free float
20,82%. Harga saham dipatok Rp100 per saham. Alhasil, perseroan akan
mendapatkan dana segar senilai Rp110 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com