PT. Equityworld Futures Manado - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot ke bawah level psikologis 6.900 pada perdagangan Senin (16/10/2023). Senasib, rupiah juga tak berkutik di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Sebaliknya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) terus menurun yang menandai pembelian oleh investor.
Kinerja pasar keuangan Indonesia diharapkan membaik pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar keuangan Indonesia bisa dibaca pada halaman3 artikel ini,
IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (16/10/2023), ditutup melemah 0,44% ke 6.896,29 seiring 376 saham turun dan hanya 183 saham naik serta 204 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp10,47 triliun dan volume perdagangan 40,52 miliar saham.
Investor asing melakukan penjualan bersih (net sell) Rp35,11 miliar di pasar reguler, dengan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi sasaran jual tertinggi, yakni hingga Rp100,9 miliar.
Memerahnya IHSG bersamaan dengan terkoreksinya bursa Asia. Indeks Nikkei Tokyo ambles 2,03%, Hang Seng merosot 0,97%, Shanghai Composite minus 0,46%, Strait Times Index Singapura melemah 0,69%.
Sementara, rupiah melemah terhadap dolar AS di saat impor Indonesia mengindikasikan pelemahan meskipun neraca dagang masih mengalami surplus.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka 15.715/US$ atau melemah 0,22% terhadap dolar AS. Posisi ini memutus tren penguatan rupiah yang menguat selama tiga hari beruntun sejak 11 Oktober 2023.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (16/10/2023) ditutup di posisi di posisi 106,2 atau % jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (13/10/2023) yang ditutup di angka 106,65.
Pada Senin, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data neraca dagang beserta data ekspor dan impor Indonesia. Neraca perdagangan bulan September 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar US$3,42 miliar. Dengan surplus ini, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 41 bulan berturut-turut.
Surplus ini lebih tinggi 0,30% (month to month/mtm) dari surplus bulan Agustus US$3,12 miliar, tetapi lebih rendah 1,54% (year on year/yoy) dari surplus September 2022. Adapun surplus disebabkan oleh impor yang turun 12,45% secara tahunan (yoy) dan 8,15% secara bulanan (mtm). Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$20,76 miliar, turun 16,17% secara tahunan (yoy) dan sebesar 5,63% (mtm).
Baca Juga : Pemilik Emas Mohon Tenang, Harga Ambles Tapi Diamal Naik Lagi |
"Neraca perdagangan Indonesia September 2023 mengalami surplus US$3,42 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,34 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,92 miliar," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis BPS, Senin (16/10).
Kendati neraca dagang masih surplus bahkan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun impor masih cukup rendah yang berarti masyarakat masih cenderung memilih untuk mengurangi belanja/konsumsinya sehingga berpotensi membuat perekonomian Indonesia sulit bertumbuh.
Selain itu, capital outflow dari pasar keuangan Indonesia masih terus terjadi mengingat spread antara US Treasury tenor 10 tahun dengan SBN tenor 10 tahun sudah semakin sempit yakni sebesar 212 basis poin.
Data transaksi 9 - 12 Oktober 2023 yang dirilis oleh Bank
Indonesia (BI), nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto
Rp4,32 triliun, terdiri dari jual neto Rp4,62 triliun di pasar SBN,
jual neto Rp0,10 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,40 triliun di
SRBI. Alhasil tekanan terhadap mata uang Garuda semakin tidak
terbendung.
Pelemahan rupiah semakin kental mengingat suku bunga BI tampaknya
akan kembali ditahan pada Kamis (19/10/2023) yakni di posisi 5,75%.
Dari
pasar SBN, investor sudah mulai kembali ke pasar obligasi dalam negeri.
Hal ini tercermin dari makin melemahnya imbal hasil. Imbal hasil
SBN tenor 10 tahun melandai ke 6,76% pada perdagangan kemarin dari
posisi sebelumnya 6,78%.
cnbcindonesia.com/research
Tidak ada komentar:
Posting Komentar