Kamis, 19 Oktober 2023

Penguasa The Fed Akan Bersabda, Ini Bocorannya!

 Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

PT. Equityworld Futures Manado
- Chairman bank sentral Amerika Serikat  The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan berbicara pada acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, pada Kamis malam nanti (19/10/2023). Pidato Powell akan ditunggu-tunggu mengingat pelaku pasar ingin mencari tahu arah kebijakan The Fed ke depan setelah inflasi AS masih melaju kencang.

Tepat pukul 11 malam hari ini, Powell akan memberikan pidato dengan fokus menekan inflasi meskipun mungkin saat ini memerlukan sedikit kekuatan. Hal ini ia lakukan mengingat inflasi AS yang masih cukup tinggi yakni 3,7% (year on year/yoy) dan menjauhi target The Fed yakni 2%.

Inflasi AS mencapai 3,7% (yoy) pada September 2023, di atas ekspektasi pasar (3,6%). Inflasi masih jauh di atas target The Fed yakni 2%. Inflasi masih tinggi meskipun suku bunga sudah dikerek sebesar 525 bps menjadi 5,25-5,5%.

Sebagian besar pasar memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunganya, namun mereka akan menunggu konfirmasi dan klarifikasi dari Powell mengenai bagaimana para pejabat AS memandang kondisi saat ini dan tren jangka panjang.

Sebagai catatan, menurut perangkat CME FedWatch, sebanyak 11,5% pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sedangkan 88,5% meyakini The Fed masih akan menahan suku bunganya.

"Powell selalu mengambil tindakan apa pun yang membantu memperkuat narasi bahwa mereka perlu tetap waspada, dan untuk alasan yang dapat dimengerti," kata Luke Tilley, kepala ekonom di Wilmington Trust.

"Saya hanya memperkirakan dia akan terus berbicara tentang kekuatan ekonomi dan kekuatan konsumen yang mengejutkan di kuartal ketiga sebagai risiko inflasi. Itu adalah amunisi yang cukup untuk terus berbicara tentang tetap waspada."

Baca Juga : Breaking! Sinar Emas Bikin Silau, Harganya Terbang Hampir 3%

Pada dasarnya, Tilley memperkirakan pesan Powell akan terbagi menjadi tiga bagian: The Fed perlu menaikkan suku bunga dengan cepat, dan hal tersebut berhasil; bahwa mereka harus menemukan tingkat puncak, yang merupakan bagian dari perdebatan saat ini; dan perlu mengetahui berapa lama suku bunga harus tetap setinggi ini agar inflasi kembali ke target 2%.

"Sebenarnya tujuan utama mereka adalah menjaga kondisi keuangan tetap ketat sehingga inflasi bisa turun," ujarnya. "Dia akan menggunakan kerangka tersebut, bahkan jika dia bersikap dovish pada 2 November (rapat FOMC) atau Desember untuk mengalihkan sikap hawkishnya ke pertanyaan ketiga tentang berapa lama untuk mempertahankan suku bunga setinggi ini." imbuhnya.

"Suku bunga higher for longer (Lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama)" telah menjadi mantra tidak resmi dalam beberapa hari terakhir, dimana Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker awal pekan ini menyebutkan istilah tersebut secara khusus untuk menggambarkan bagaimana perasaannya terhadap kebijakan.

Harker adalah salah satu dari beberapa pejabat The Fed, termasuk gubernur Philip Jefferson, yang berbicara awal bulan ini, dan Christopher Waller, yang berbicara pada hari Rabu, yang menganjurkan untuk menunda kenaikan suku bunga setidaknya dalam waktu dekat sambil mempertimbangkan dampak dari data yang masuk. Waller mengatakan The Fed bisa "menunggu, mengamati dan melihat" sebelum menentukan suku bunga.

Powell kemungkinan akan mengulangi fokus The Fed ke depan yakni menentukan suku bunga bergantung pada data setelah mengambil jalur yang jauh lebih agresif dengan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali dengan total 525 bps, yang merupakan level tertinggi dalam 22 tahun. The Fed memilih untuk tidak menaikkan suku bunga pada September lalu. Namun, BI mengisyaratkan akan ada kenaikan sekali lagi tahun ini.

Ekspektasi kenaikan suku bunga melambungkan dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS terbang ke 106, 63 sementara US Treasury tenor 10 tahun melesat ke 4,96%.

Kepala kebijakan global dan strategi bank sentral di Evercore ISI, Krishna Guha mengatakan bahwa Powell akan tetap berpegang pada pesan bahwa data yang dirilis lebih kuat dari yang diharapkan.

Namun, ada juga pergerakan besar dalam imbal hasil, yang telah memperketat kondisi keuangan, sehingga tidak ada urgensi untuk melakukan respons kebijakan pada November dan The Fed dapat melakukan hal tersebut dan mengadopsi pendekatan wait and see.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar