Lambannya pembulatan regulasi dan penyediaan ekosistem kendaraan listrik dikatakan bukan tanpa alasan. Seperti diketahui industri kendaraan berbahan bakar fosil juga menyangkut banyak investasi yang sudah ditanamkan.
"Saya mau ini adalah industri yang sustainable, berkelanjutan, jadi saya selalu ngomong ini soft landing, saya nggak mau crash landing. kan banyak sekali yang sekarang konservatif, ICE, itu kan pabriknya banyak, komponen juga banyak, mau diapain itu? Itu kan harus ada soft landing," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang industri Johnny Darmawan pada acara Electric Vehicle Indonesia Forum and Exhibition 2019 yang digelar di Gedung Tribata, Jakarta.
Ilustrasi SPLU Foto: Luthfi Anshori
|
Menurutnya dalam masa peralihan ini tidak bisa langsung serta merta menyeberang dari kendaraan bensin ke kendaraan listrik. Namun ia juga menolak bahwa Indonesia harus melewati fase menggunakan hybrid terlebih dahulu.
"Kita jangan ngomong sesuatu langsung EV, harusnya tadi saya ngomong, saya coba benahi, itu namanya electrified itu semua yang berbasis baterai, tapi kan tidak selalu EV langsung. Saya nggak katakan itu (hybrid), kalau sudah ditemukan teknologi dalam waktu singkat ganti ke sana nggak masalah, saya lebih cenderung supaya industri ini berkelanjutan," jelasnya.
Johny menegaskan bahwa tidak ada maksud menghalangi target populasi kendaraan listrik mencapai angka 20 persen pada 2025. Menurutnya peralihan ini hanya perlu melewati proses dan tahapan.
"Saya setuju itu akan tercapai tapi perlu tahapan-tahapan. Bahwa ke depan harus ke EV, tentu. Karena energi terbarukan harus dicari, fosil tidak mungkin," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar