PT. Equityworld Futures Manado - Rupiah melemah signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kuatnya ekonomi AS serta indeks dolar AS (DXY) yang terus mengalami apresiasi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah melemah ke angka Rp15.725/US$ atau anjlok 0,64% tidak sampai satu jam sejak pembukaan perdagangan berlangsung.
Sementara DXY pada 9.57 WIB tercatat melemah tipis 0,08% ke posisi 103,53 atau lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (23/1/2024) di angka 103,61.
Data inflasi dan ketenagakerjaan AS yang masih panas serta ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang mundur dari target pelaku pasar memberikan dampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Inflasi AS tercatat mengalami kenaikan pada periode Desember 2023 menjadi 3,4% year on year/yoy dari yang sebelumnya 3,1% yoy pada November 2023.
Baca Juga : Harga Emas Mulai Menguat Tapi Belum Sepenuhnya Aman
Selain itu, Biro Ketenagakerjaan AS juga melaporkan penurunan klaim awal tunjangan pengangguran sebanyak 16.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024.
Klaim pengangguran AS menandai posisi terendah sejak September 2022, meleset jauh dari perkiraan yang proyeksi naik ke 207.000, menurut penghimpun data Trading Economics.
Lebih lanjut, target pemangkasan suku bunga juga mengalami kemunduran dari yang sebelumnya Maret menjadi Mei 2024 menurut perangkat CME FedWatch.
Berdasarkan perangkat tersebut, 51,2% pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya pada Mei 2024 dan pemangkasan terus-menerus dilakukan hingga di angka 3,75-4% pada Desember 2024.
Hal ini memberikan kekuatan bagi DXY untuk terus mengalami apresiasi sejak akhir Desember 2023 hingga saat ini dan berujung pada tekanan bagi mata uang di Asia termasuk rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar