PT. Equityworld Futures Manado - Dinamika pasar batu bara global dipengaruhi utamanya oleh lonjakan impor batu bara termal lintas laut di Asia pada Desember, yang dipimpin oleh China.
Meskipun impor Tiongkok meningkat, harga batubara tetap stabil karena besarnya ekspor Indonesia dan Australia. Pasokan yang mencukupi pada akhirnya mampu menjaga harga agar tidak terlalu melonjak.
Peningkatan Impor Batubara China Diimbangi Produksi Indonesia Australia
Permintaan Tiongkok akan batubara termal impor mencapai puncaknya pada Desember, dengan jumlah impor mencapai rekor tertinggi yaitu 32,08 juta ton. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pembangkit listrik tenaga batu bara, yang dipicu oleh penurunan produksi pembangkit listrik tenaga air dan peningkatan permintaan listrik.
Meskipun produksi batu bara dalam negeri mencapai rekor tinggi, ketergantungan Tiongkok pada batu bara Indonesia dan Australia yang terjangkau masih tetap tinggi. Produksi batu bara Tiongkok meningkat 2,9% pada 11 bulan pertama tahun 2023, mencapai 4,24 miliar ton.
Keterjangkauan kualitas batubara Indonesia dan Australia mempengaruhi impor Tiongkok secara signifikan. Batubara Indonesia, dengan kandungan energi 4.200 kkal/kg, mengalami penurunan harga menjadi US$ 57,34 per ton, terendah dalam dua bulan dan 36% lebih rendah dibandingkan harga setahun lalu.
Baca Juga : Harga Emas Naik Tipis-Tipis Aja, Investor Tunggu Informasi dari AS
Batubara Australia, dengan kalori 5.500 kkal/kg, juga terkoreksi menjadi US$93,23 per ton, menandai level terendah dalam lima pekan dan penurunan sebesar 30,1% dari periode yang sama pada tahun 2023. Harga batu bara ICE Newcastle dengan nilai kalori 6.000 kkal/Kg berada di US$ 129,75
Dominasi Indonesia dalam Ekspor Batubara
Melansir Reuters, impor batubara termal di Asia mencapai rekor tertinggi pada Desember, mencapai 83,69 juta ton. Meskipun India, sebagai importir batubara terbesar kedua, mengurangi pembelian, China yang menjadi pemain utama tetap menjadi penggerak utama di pasar.
Salah satu pemasok besar Asia adalah Indonesia dan Australia. Ekspor batubara termal Indonesia pada Desember 2023 mencapai 48,05 juta ton, tertinggi sejak bulan Maret. Tiongkok merupakan importir terbesar, menyerap 20,99 juta ton, yang menjadi jumlah terbesar sejak Maret.
Tren dan Proyeksi Harga Batu Bara
Analis percaya bahwa outlook untuk kuartal pertama tahun 2024 akan sangat bergantung pada apakah China terus memilih impor atau meningkatkan produksi domestik. Selain itu, perkembangan alternatif energi seperti hidro, angin, dan surya juga dapat memainkan peran penting dalam menentukan arah harga komoditas energi.
Sementara itu, proyeksi ekspor batubara AS direvisi turun oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) menjadi 91 juta ton untuk tahun 2024, 9% lebih rendah dari ekspor tahun 2023 sebesar 100 juta ton, mengutip S&P Global Commodity Insights. Penurunan ini sejalan dengan perkiraan produksi batubara AS yang mencapai rekor terendah, menurun 15,9% menjadi 489,3 juta ton pada 2024.
Berdasarkan data EIA, konsumsi batubara di sektor pembangkit listrik AS diperkirakan akan turun 8,4% menjadi 351,9 juta ton pada 2024 dan mencapai rekor terendah jika terealisasi pada tahun 2025. Sebaliknya, pangsa energi terbarukan diperkirakan akan terus meningkat, mencapai 25,9% pada tahun 2025.
EIA memproyeksikan harga spot gas alam Henry Hub rata-rata sebesar US$2,76/MMbtu pada tahun 2024, turun dari perkiraan Desember 2024 sebesar US$2,90/MMBtu. Produksi gas alam AS diperkirakan akan naik menjadi 105,04 Bcf/hari pada tahun 2024, dengan proyeksi kenaikan ekspor LNG sebesar 4,4% pada tahun yang sama.
Pasar batubara menghadapi tantangan dari dinamika permintaan dan pasokan global dalam pembentukan harga. Transformasi energi yang sedang berlangsung di berbagai negara, bersama dengan pergeseran ke sumber energi baru terbarukan, memberikan potensi perubahan tren pasar batubara global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar