PT. Equityworld Futures Manado - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang rilisnya data AS soal inflasi dan data ketenagakerjaan.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat di angka Rp15.545/US$ atau terapresiasi 0,13%. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (10/1/2024) sebesar 0,32%.
Sementara DXY pada pukul 14.47 WIB turun 0,14% menjadi 102,22. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (10/1/2024) yang berada di angka 102,36.
Positifnya penutupan rupiah hari ini terjadi di tengah sikap menunggu pelaku pasar perihal data ekonomi AS yang berdampak cukup signifikan jika hasilnya tidak sesuai ekspektasi pasar.
Inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS Desember 2023 akan dirilis. CPI AS pada akhir 2023 diproyeksi akan ada peningkatan tipis akibat seasonality natal dan tahun baru.
Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), konsensus pasar menargetkan inflasi akan tumbuh sebesar 3,2% yoy, lebih rendah dibandingkan November 2023 yang tumbuh 3,1%.
Sementara itu, untuk inflasi inti AS diperkirakan tumbuh melandai sebesar 3,8% yoy, dibandingkan sebulan sebelumnya yang tumbuh 4% yoy.
Baca Juga : Dag Dig Dug, Emas Bergerak Liar Jelang Pengumuman Inflasi AS
Tidak sampai disitu, kondisi laut merah yang semakin memanas pun berpotensi memberikan dampak negatif terhadap inflasi. Semakin lamanya transportasi logistik dan barang, maka scarcity akan berpotensi terjadi di beberapa negara dan inflasi dapat mengalami kenaikan.
Hal ini menjadi penting mengingat jika inflasi AS berada lebih rendah di bandingkan ekspektasi pasar, maka probabilitas pemangkasan suku bunga akan menjadi lebih besar. Hal ini akan menjadi kabar baik bagi pasar keuangan global dan domestik.
Di lain sisi, AS juga akan merilis data ketenagakerjaan yakni klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 6 Januari 2024 juga akan dirilis malam hari ini waktu Indonesia.
Diproyeksikan, klaim pengangguran per 6 Januari 2023 meningkat ke 210.000, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 202.000 klaim.
Proyeksi peningkatan klaim pengangguran ini memang berdampak buruk bagi pasar tenaga kerja, akan tetapi bagi keseluruhan ekonomi AS dan prospek inflasi ini berdampak positif lantaran semakin mendukung kondisi pasar tenaga mendingin yang memicu inflasi melandai.
Tentunya, data klaim pengangguran juga ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar di global, karena dapat juga menentukan arah kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) berikutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar