Minggu, 25 Februari 2024

IHSG Turun 0,61%, Diwarnai Aksi Profit Taking Setelah Pemilu

 Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT. Equityworld Futures Manado - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan Jumat (23/2/2024), di mana aksi jual (profit taking) investor masih menjadi salah satu penyebab indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut kembali melemah.

IHSG ditutup turun 0,61% ke posisi 7.295,095. Setelah beberapa hari bertahan di level psikologis 7.300, IHSG kembali terkoreksi ke level psikologis 7.200 pada hari ini.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,4 triliun dengan melibatkan 16 miliaran saham yang diperdagangkan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 235 saham naik, 293 saham turun, dan 236 saham cenderung mendatar.

Secara sektoral, sektor keuangan menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 0,94%.

Beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-14,566.125-2,00%
Astra InternationalASII-6,735.125-2,84%
Bank Mandiri (Persero)BMRI-4,527.050-0,70%
Chandra Asri PacificTPIA-4,444.490-3,02%
Bank Central AsiaBBCA-3,459.825-0,51%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-3,252.680-2,55%
Barito Renewables EnergyBBNI-2,915.500-1,35%
Bank Negara Indonesia (Persero)MDKA-1,815.900-0,84%

Sumber: Refinitiv

Saham perbankan raksasa kedua di Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 14 indeks poin.

IHSG yang kembali melemah sepertinya diakibatkan oleh aksi ambil untung atau profit taking, di mana pada pekan lalu, tepatnya sehari setelah Pemilu 2024, kenaikan IHSG cukup signifikan, sehingga menggundang aksi profit taking investor.

Baca juga : Harga Emas Terancam Naik Turun Kaya Roller Coaster

Apalagi, sektor keuangan dan bahkan beberapa saham perbankan raksasa yang menjadi penekan IHSG hari ini, menjadikan bahwa investor cenderung masih melakukan aksi profit taking.

Hal ini dinilai wajar karena beberapa hari terakhir, kenaikan saham perbankan raksasa sudah terbilang kencang dan mematik investor untuk merealisasikan keuntungannya.

Di lain sisi, IHSG melemah meski data dari dalam negeri cenderung positif. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi berjalan yang defisit serta Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus.

Transaksi berjalan Indonesia tercatat mengalami defisit sebesar US$1,3 miliar (0,38% dari Produk Domestik Bruto/PDB) pada kuartal IV-2023, meningkat dibandingkan dengan defisit US$ 1,0 miliar (0,3% dari PDB) pada kuartal III-2023.

Transaksi berjalan Indonesia jika dilihat secara setahun penuh, maka 2023 mengalami defisit US$1,6 miliar (0,1% dari PDB). Ini adalah kali pertama transaksi berjalan mengalami defisit sejak 2020 atau dalam tiga tahun terakhir. Kondisi ini juga berbanding terbalik jika dibandingkan akhir 2022, ketika transaksi berjalan RI mencatat surplus US$13,2 miliar.

Data transaksi berjalan yang defisit ini pada dasarnya cukup memberatkan mata uang Garuda karena perspektif investor asing akan menjadi kurang baik.

Kendati demikian, data NPI tercatat mengalami surplus US$8,6 miliar pada kuartal IV-2023 dan surplus sebesar US$6,3 miliar sepanjang 2023. Bila dirupiahkan dengan kurs per Kamis (22/2/2024) yakni Rp15.585/US$1 maka angkanya mencapai Rp134,03 triliun untuk kuartal IV dan Rp98,19 triliun.

Surplus NPI ini ditopang oleh kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial, terutama karena asing sudah mulai masuk kembali ke investasi portofolio.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar