Minggu, 25 Februari 2024

Minim Sentimen, Rupiah Hari Ini Berpotensi Bergerak Sideways

 Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT. Equityworld Futures Manado - Pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) terbilang cukup stabil. Menjelang akhir Februari mata uang Garuda akan dipengaruhi sejumlah sentimen, mulai dari dalam negeri seperti inflasi, PMI manufaktur, hingga eksternal.

Melansir data Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (23/2/2024) rupiah ditutup di posisi Rp15.590, melemah tipis 0,03% secara harian, akan tetapi dalam basis mingguan masih menguat sebesar 0,16%.

Penguatan mingguan tersebut membuat rupiah berhasil bertahan di zona penguatan selama empat pekan beruntun. Rupiah juga masih bertengger di level psikologis Rp15.500/US$

Penguatan rupiah yang terjadi pekan lalu berhubungan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan.

Sebagaimana diketahui, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% pada bulan ini. Tingkat suku bunga BI Rate di level 6,00% sudah berlaku sejak Oktober 2023.

Baca juga : Harga Emas Terancam Naik Turun Kaya Roller Coaster

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.

"Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Beralih pada hari ini, Senin (26/2/2024) rupiah akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen seperti data inflasi Tanah Air hingga dari luar negeri Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) dari AS.

Dari dalam negeri, pada 1 Maret 2024 data ekonomi RI kompak rilis mulai dari data PMI Manufaktur periode Februari 2024, inflasi periode Februari 2024, dan harga konsumsi inti (CPI) periode Februari 2024.

Sebagai catatan, PMI Manufaktur S&P Global Indonesia naik menjadi 52,9 pada Januari 2024 dari 52,2 pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan aktivitas pabrik selama 29 bulan berturut-turut dan laju terkuat sejak Agustus lalu.

Sementara untuk inflasi pada Januari 2024 masih relatif terjaga berada di 2,57% secara tahunan (yoy). Nilai tersebut melandai dari 2,61% pada bulan Desember 2023, serta masih berada di tengah target bank sentral sebesar 1,5% hingga 3,5% untuk tahun ini.

Beralih ke sentimen luar negeri, pada pekan ini, terdapat rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) periode Januari 2024, klaim pengangguran, PMI Manufaktur Final periode Februari 2024.

Perlu dicatat juga untuk data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS meningkat 2,6% secara tahunan (yoy) pada bulan Desember 2023, sama dengan bulan November dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi PCE tahunan kini bertahan pada posisi terendah pada Februari 2021.

Teknikal Rupiah

Pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS secara teknikal cenderung sideways dalam rentang support Rp15.560/US$ hingga resistance di Rp15.625/US$.

Posisi support tersebut didapatkan dari garis horizontal yang ditarik dari low candle 13 Februari 2024 lalu secara intraday. Sementara untuk resistance posisi tersebut didasarkan dari garis horizontal high candle intraday 22 Februari 2024 sekaligus garis rata-rata selama 200 jam atau moving average/MA 200.

Pergerakan rupiah melawan dolar AS 
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar