Kamis, 01 Februari 2024

The Fed Kembali Tahan Suku Bunga, Rupiah Stagnan di Rp15.775/US$

 Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

PT. Equityworld Futures Manado - Rupiah cenderung stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca bank sentral AS (The Fed) kembali menahan suku bunganya dan sikap wait and see pasar perihal data inflasi Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka stagnan di angka Rp15.775/US$. Hal ini sama dengan penutupan perdagangan kemarin yang juga ditutup di posisi Rp15.775/US$.

Kendati demikian, dalam dua menit sejak pembukaan perdagangan, rupiah melemah ke angka Rp15.790/US$ atau terdepresiasi 0,1%.

 Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 8.51 WIB naik 0,29% menjadi 103,57. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (31/1/2024) yang berada di angka 103,27.

The Fed telah memutuskan menahan suku bunganya untuk keempat kalinya di level 5,25-5,5%. The Fed juga mengisyaratkan belum akan memangkas suku bunga acuan pada Maret mendatang.

The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
"Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi kamu masih memberi perhatian penuh terhadap risiko inflasi" tutur pernyataan The Fed dalam situs resminya.

Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan jika target pengetatan suku bunga sepertinya sudah mencapai puncak dan mengisyaratkan jika pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada tahun ini tetapi semuanya harus berdasarkan data pendukung.

Baca Juga : Harga Emas Tetap Berkilau Meski The Fed Bikin Kecewa

Hal ini dapat memberikan tekanan bagi mata uang Garuda, apalagi tercatat DXY mengalami lonjakan pada hari ini yang merupakan posisi tertinggi sejak 29 Januari 2024.

Adanya indikasi suku bunga akan ditahan lama bisa membuat investor asing kabur dari pasar domestik sehingga terjadi capital outflow di pasar saham dan obligasi dapat terjadi.

Beralih ke domestik, hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi yang diperkirakan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Januari 2024 akan mencapai 0,29% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,53% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 1,73%.

Sebagai catatan, inflasi pada Desember 2023 tercatat 2,61% (yoy) dan 0,41% (mtm) sementara inflasi inti mencapai 1,81% (yoy).

Jika inflasi benar-benar melandai, maka setidaknya terdapat sentimen positif yang dapat menjadi penopang rupiah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar