Senin, 13 November 2023

Jika Rupiah Terus Melemah, Kantong Warga RI Jadi Korban!

 Ilustrasi Dollar Rupiah

PT. Equityworld Futures Manado - Bank Indonesia (BI) menegaskan efek dari pelemahan rupiah terus menerus dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Oleh karena itu, BI tidak tinggal diam ketika rupiah mengalami guncangan beberapa waktu lalu.

Erwindo Kolopaking, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia, pergerakan rupiah dalam tren melemah adalah imbas ketidakpastian yang bersumber dari global, khususnya Amerika Serikat (AS).

"Rupiah penting untuk terus dijaga agar tidak menimbulkan dampak ke masyarakat," kata Erwindo Kolopaking, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia saat bincang media di Raja Ampat, dikutip Selasa (14/11/2023).

Erwin menjelaskan, ketika rupiah melemah terlalu dalam, efeknya akan terasa pada harga barang, khususnya barang impor.

"Impor Indonesia sangat tinggi. Kalau rupiah melemah 1-2 bulan itu pengusaha absord, tapi kalau tinggi terus-terusan itu akan berpengaruh ke harga," ujarnya.

Baca juga : Inflasi AS Belum Ketahuan, Pemilik Emas Sudah Pesta Duluan

Hal ini kemudian yang menjadi penyebab inflasi atau dikenal dengan imported inflation. Inflasi yang tinggi akan menguras daya beli masyarakat.

Alhasil, Direktur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan bank sentral berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satunya menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate menjadi 6% pada September 2023.

"Ini diharapkan bisa menarik inflow," kata Erwin.

Di samping juga menerbitkan instrumen baru seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)pada September dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI)pada November 2023.

"BI tidak diam, selalu berinovasi memunculkan instrumen baru yang bisa membuat kita lebih agile menghadapi kondisi underpresure tadi," kata Ramdan Denny Prakoso, Direktur Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia pada kesempatan yang sama.

Dia memastikan BI akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. BI selalu berada di pasar memonitor langsung serta melakukan intervensi di pasar spot, DNDF dan obligasi pemerintah agar volatilitas rupiah terjaga.

"Kita ingin menghindari pelemahan terlalu cepat berdampak ke kondisi panik di pasar uang," ujarnya.

Pada Oktober lalu, dari data BI, rupiah nyaris menyentuh level Rp 16.000 per dolar AS. Namun, rupiah berhasil menghindari level tersebut. Rupiah saat ini diperdagangkan di kisaran Rp 15.600 - Rp 15.690 per dolar as. Biang kerok terbesar pelemahan rupiah adalah AS yang mematok suku bunga tinggi untuk meredam inflasi. Tingginya suku bunga acuan di AS ini turut mendongkrak harga surat utang.

 

 

cnbcindonesia.com

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar