PT. Equityworld Futures Manado - Nilai tukar rupiah akhirnya berbalik menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sempat nyaris menyentuh Rp16.000, dolar AS kini berada menjauh dan sampai di level Rp15.839 berdasarkan Refinitiv, pukul 11.41 WIB.
Apa penyebabnya?
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memandang penguatan ini tidak terlepas dari situasi yang terjadi di AS. Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) menahan suku bunga acuan dan memberikan sinyal yang tidak seketat sebelumnya.
"Pasar memandang bahwa nada The Fed selama FOMC cenderung kurang hawkish dari perkiraan, dan mendorong dolar AS melemah, serta mendukung penurunan yield UST," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/11/2023).
Indeks dolar AS (DXY) terpantau mengalami pelemahan 0,48% menjadi 106,37 atau yang terlemah sejak 30 Oktober 2023.
Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat meski masih dalam fase yang kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah dan inflasi masih tinggi.
Baca Juga : Harga Emas Gagal Mengganas Karena The Fed Masih Buat Was-Was
Pernyataan The Fed sedikit berbeda dengan September di mana mereka mengatakan pertumbuhan ekonomi AS 'solid' dan data tenaga kerja 'sudah melambat tetapi masih dalam fase kuat'. Sebagai catatan, ekonomi AS tumbuh 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, dari 2,1% pada kuartal II-2023. Tingkat pengangguran ada di 3,8% pada September
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto. Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga berdampak positif terhadap nilai tukar dan pasar finansial. Dia mengatakan keputusan The Fed langsung membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat langsung turun, sehingga menaikkan daya tarik investasi terhadap aset investasi di Indonesia.
"Termasuk obligasi Indonesia, karena kalau kita lihat gap yield ini semakin lebar jadi kita lihat hari ini kemungkinan akan ada inflow di pasar surat utang negara dan kemungkinan juga surat utang negara kita menguat begitu pula dengan pasar saham," kata dia.
Myrdal mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar juga diprediksi menguat ke level Rp 15.868/USD. Myrdal mengatakan ke depannya nilai tukar rupiah akan masih bergejolak mengingat The Fed masih ingin mengontrol inflasi menuju target mereka, yakni 2%. Maka itu, kata dia, penguatan rupiah masih akan bersifat jangka pendek.
"Jadi mereka akan terus menunggu berbagai perkembangan data yang ada di AS terutama data inflasi dan tenaga kerja," kata dia. "Volatilitas dalam jangka pendek masih akan tetap kentara, arah investasi terutama di pasar keuangan masih bersifat teknikal dengan orientasi jangka pendek," ujar Myrdal menambahkan.
cnbcindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar